Feb 2, 2009

Qiradh

ustaz,saya ada beberapa soalan ....apakah maksud hutang piutang menurut islam

2.apakah dalil-dalil dari alquran ,hadis ,ijmak mengenai hutang piutang.

3.apakah waktu dalm qirad itu?

**************
g@y@t

Salam

soalan sdr ini cukup luas utk dibahaskan. Al-ahkam ditubuhkan utk meleraikan kekeliruan melalui persoalan yg mungkin mengelirukan sdr. amat sukar utk kami menjawab soalan berupa kuliah. Oleh itu, saya akan cuba menjawab secara ringkas shj. insya Allah.

Qiradh dari segi bahasa ialah potongan

Adapun Qiradh dari segi syara' bermaksud harta yg diberikan seseorang pemberi Qiradh kpd org yg diqiradhkan utk dia memberikannya setelah mampu.

Sunat memberikan pinjaman berdasarkan dalil berikut:

Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak. (QS. 57:11)

Dari Abu Hurairah ra bhw Nabi saw bersabda, "Siapa yg memberikan keluangan terhadap org miskin dari duka dan kabut dunia, Allah akan meluangkannya dari duka dan kabut hari kiamat. Dan siapa yg memudahkan kesibukan seseorang, allah akan memberikannya kemudahan dunia dan akhirat. dan Allah selalu menolong hamabaNya selama hambaNya menolong saudaranya.[HR Muslim, Abu Daud dan at-Tirmidzi]

Dari Ibn Mas'ud ra, bhw Rasulullah saw bersabda, "Tiada seorang muslim yg mengqiradhkan hartanya kpd org muslim sebyk 2 kali, kcuali perbuatannya spt sedekah satu kali."[HR Ibn Majah dan Ibn Hibban]

Qiradh yg ditentukan waktunya sampai waktu tertentu dibolehkan.

Imam Malik berkata, boleh mensyaratkan waktu, dan syarat harus dilaksanakan. Apabila qiradh ditentukan waktunya pada batasan waktu tertentu, ia (pemberi qiradh) tidak berhak menuntut sbm masanya tiba, berdalilkan kpd firman Allah:

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah dia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah Rabbnya, dan janganlah dia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit-menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. 2:282)

Sekian. WA.

Wassalam

Fiqhus sunnah
Sheikh Sayyid Sabiq

Minhaj al-Muslim
Sheikh abu Bakr al-Jaza'iry

0 comments:

Post a Comment