tag:blogger.com,1999:blog-72638169841659266972024-03-16T09:09:17.723+08:00Soal Jawab Agama Pekerjaan Dan Kewanganaizuddinhttp://www.blogger.com/profile/12680683194869917727noreply@blogger.comBlogger171125tag:blogger.com,1999:blog-7263816984165926697.post-48859274026819008492011-04-10T13:49:00.000+08:002011-04-10T13:49:10.523+08:00Kaedah Nabi SAW Memulakan Perniagaan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">Postby Syahz »<br />
:salam<br />
<br />
Sy ingin bertanya, adakah kaedah atau petua yang Rasulullah SAW lakukan untuk memulakan sesuatu perniagaan?Contohnya seperti solat hajat atau istiqorah minta petunjuk daripada Allah SWT. Harap dapat kemukakan dalil al-Quran atau/dan hadis yang sahih, InsyaAllah. Terima kasih..<br />
<br />
Syahz<br />
<br />
<br />
*************************************<br />
Postby kamin »<br />
<br />
wa'alaikumusalam<br />
<br />
Alhamdulillah. Kami makan cuba menjawab soalan anda dengan kadar kemampuan yang ada, InSyaAllah.<br />
<br />
Nabi :saw merupakan Insan Agong yang diutuskan agar manusia menjadikan dia sebagai contoh ikutan yang baik. Salah satu aktiviti keduniaan yang Nabi terlibat adalah didalam bidang perniagaan. Malah Nabi :saw merupakan seorang peniaga yang baik sebelum baginda menerima wahyu lagi.<br />
<br />
Tidak ada petua khas didalam amalan spiritual Nabi :saw didalam memulakan perniagaan, akan tetapi wujud hadith-hadith yang umum yang menjelaskan do'a-do'a yang boleh dibaca ketika menghadapi kesulitan, ketika membayar hutang, ketika menerima sesuatu yang disukai, dan sebagainya. (sila lihat buku Hishnul Muslim, karangan Dr Saed Ali Wahf al-Qahthani).<br />
<br />
Baginda juga menganjurkan agar seseorang Islam itu melakukan Solat Dhuha, Solat Istikharah, dsb. Amalan di anjurkan kepada semua orang Islam tidak kira samada dia peniaga, pedagang, pegawai kerajaan, atau apa-apa pekerjaan sekalipun.<br />
<br />
Kesemua anjuran ini disamping meningkatkan hubungan diantara manusia dan Allah swt, ia juga membentuk kekuatan spiritual seorang insan. Namun demikian, wujud amalan perniagaan yang disentuh secara direct didalam al-Quran dan sunnah. Amalan-amalan boleh dikategorikan sebagai "etika perniagaan didalam Islam". Diantara etikanya :-<br />
<br />
<ul style="text-align: left;"><li>Perniaga yang amanah</li>
<li>Tidak menipu, jujur dalam berniaga</li>
<li>Tidak memanipulasikan harga, dengan cari menimbunkan barang</li>
<li>Tidak melakukan promosi berlebihan, bersumpah, dsb</li>
</ul><br />
Berikut kami paparkan sebuah artikel baik yang menjelaskan etika perniagaan yang dia dianjurkan didalam Islam menurut perspektif al-Quran dan Hadith Nabi :saw.<br />
<br />
<div style="padding-left: 30px; color: green;">Islam memang menghalalkan usaha perdagangan, perniagaan dan atau jual beli. Namun tentu saja untuk orang yang menjalankan usaha perdagangan secara Islam, dituntut menggunakan tata cara khusus, ada aturan mainnya yang mengatur bagaimana seharusnya seorang Muslim berusaha di bidang perdagangan agar mendapatkan berkah dan ridha Allah SWT di dunia dan akhirat.<br />
<br />
Aturan main perdagangan Islam, menjelaskan berbagai etika yang harus dilakukan oleh para pedagang Muslim dalam melaksanakan jual beli. Dan diharapkan dengan menggunakan dan mematuhi etika perdagangan Islam tersebut, suatu usaha perdagangan dan seorang Muslim akan maju dan berkembang pesat lantaran selalu mendapat berkah Allah SWT di dunia dan di akhirat. Etika perdagangan Islam menjamin, baik pedagang maupun pembeli, masing-masing akan saling mendapat keuntungan.<br />
<br />
Adapun etika perdagangan Islam tersebut antara lain:<br />
<br />
1. Shidiq (Jujur)<br />
<br />
Seorang pedagang wajib berlaku jujur dalam melakukan usaha jual beli. Jujur dalam arti luas. Tidak berbohong, tidak menipu, tidak mcngada-ngada fakta, tidak bekhianat, serta tidak pernah ingkar janji dan lain sebagainya. Mengapa harus jujur? Karena berbagai tindakan tidak jujur selain merupakan perbuatan yang jelas-jelas berdosa, –jika biasa dilakukan dalam berdagang– juga akan mewarnal dan berpengaruh negatif kepada kehidupan pribadi dan keluarga pedagang itu sendiri. Bahkan lebih jauh lagi, sikap dan tindakan yang seperti itu akan mewarnai dan mempengaruhi kehidupan bermasyarakat.<br />
<br />
Dalam Al Qur’an, keharusan bersikap jujur dalam berdagang, berniaga dan atau jual beli, sudah diterangkan dengan sangat jelas dan tegas yang antara lain kejujuran tersebu –di beberapa ayat– dihubungkan dengan pelaksanaan timbangan, sebagaimana firman Allah SWT: ”Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil”. (Q.S Al An’aam(6): 152)<br />
<br />
Firman Allah SWT:<br />
”Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan, dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi ini dengan membuat kerusakan.” (Q.S AsySyu’araa(26): 181-183)<br />
<br />
“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. ItuIah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S Al lsraa(17): 35)<br />
<br />
“Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.” (Q.S Ar Rahmaan(55): 9)<br />
<br />
Dengan hanya menyimak ketiga ayat tersebut di atas, maka kita sudah dapat mengambil kesimpulan bahwa; sesungguhnya Allah SWT telah menganjurkan kepada seluruh ummat manusia pada umumnya, dan kepada para pedagang khususnya untuk berlaku jujur dalam menimbang, menakar dan mengukur barang dagangan. Penyimpangan dalam menimbang, menakar dan mengukur yang merupakan wujud kecurangan dalam perdagangan, sekalipun tidak begitu nampak kerugian dan kerusakan yang diakibatkannya pada manusia ketimbang tindak kejahatan yang lehih besar lagi seperti; perampokan, perampasan, pencu rian, korupsi, manipulasi, pemalsuan dan yang lainnya, nyatanya tetap diharamkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Mengapa? Jawabnya adalah; karena kebiasaan melakukan kecurangan menimbang, menakar dan mengukur dalam dunia perdagangan, akan menjadi cikal baka! dari bentuk kejahatan lain yang jauh lebih besar. Sehingga nampak pula bahwa adanya pengharaman serta larangan dari Islam tersebut, merupakan pencerminan dan sikap dan tindakan yang begitu bijak yakni, pencegahan sejak dini dari setiap bentuk kejahatan manusia yang akan merugikan manusia itu sendiri.<br />
<br />
Di samping itu, tindak penyimpangan dan atau kecurangan menimbang, menakar dan mengukur dalam dunia perdagangan, merupakan suatu perbuatan yang sangat keji dan culas, lantaran tindak kejahatan tersebut bersembunyi pada hukum dagang yang telah disahkan baik oleh pemerintah maupun masyarakat, atau mengatasnamakan jua! beli atas dasar suka sama suka, yang juga telah disahkan oleh agama.<br />
<br />
Jika penampokan, pencurian, pemerasan, perampasan, –sudah jelas– merupakan tindakan memakan harta orang lain dengan cara batil, yang dilakukan dengan jalan terang-terangan. Namun tindak penyimpangan dan atau kecurangan dalam menimbang, menakar dan mengukur barang dagangan, merupakan kejahatan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Sehingga para pedagang yang melakukan kecurangan tersebut, pada hakikatnya adalah juga pencuri, perampok dan perampas dan atau penjahat, hanya mereka bersembunyi di balik lambang keadilan yakni, timbangan, takaran dan ukuran yang mereka gunakan dalam perdagangan. Dengan demikian, tidak ada bedanya! Mereka sama-sama penjahat. Maka alangkah kejinya tindakan mereka itu. Sehingga wajar, jika Allah SWT dan Rasul-Nya mengharamkan perbuatan tersebut, dan wajar pula jika para pelakunya diancam Allah SWT; akan menerima azab dan siksa yang pedih di akhirat kelak, sebagaimana Firman Allah SWT dalam Al Qur’an:<br />
<br />
“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidakkah orang-orang ini menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan Semesta Alam ini.” (Q.S Al Muthaffifiin (83): 1-6)<br />
<br />
Selain ancaman azab dan siksa di akhirat kelak –bagi orang-orang yang melakukan berbagai bentuk penyimpangan dan kecurangan dalam menakar, menimhang dan mengukur barang dagangan mereka–, sesungguhnya Al Qur’an juga telah menuturkan dengan jelas dan tegas kisah onang-orang Madyan yang terpaksa harus menerima siksa dunia dari Allah SWT, lantaran menolak peringatan dari Nabi mereka Syuaib as.<br />
<br />
“Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka Syuaib. Ia berkata:”Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman”. (Q.S Al A’raaf(7): 85)<br />
<br />
Firman Allah SWT:<br />
“Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syuaib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dia dengan Rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpang an di temnpat tinggalnya.” (Q.S Hud(11): 94)<br />
<br />
Kedua ayat tersebut di atas, hendaknya menjadi peringatan bagi kita, bahwa ternyata perbuatan curang dalam menimbang, menakar dan mengukur barang dagangan, sama sekali tidak memberikan keuntungan, kehahagiaan bagi para pelakunya, bahkan hanya menimbulkan murka Allah. Sedangkan azab dan siksa serta hukuman bagi para pelaku kejahatan tersebut, nyatanya tidak selalu diturunkan Allah SWTI kelak dii akhirat saja, namun juga diturunkan di dunia.<br />
Oleh sebab itu, Rasulullah SAW –dalam banyak haditsnya–, kerapkali mengingatkan para pedagang untuk berlaku jujur dalam berdagang.<br />
<br />
Sabda Rasulullah SAW:<br />
”Wahai para pedagang, hindarilah kebohongan”. (HR. Thabrani)<br />
<br />
“Seutama-utama usaha dari seseorang adalah usaha para pedagang yang bila berbicara tidak berbohiong, bila dipercaya tidak berkhianat, bila berjanji tidak ingkar, bila membeli tidak menyesal, bila menjual tidak mengada -gada, bila mempunyai kewajiban tidak menundanya dan bila mempunyai hak tidak menyulitkan”. (HR. Ahmad, Thabrani dan Hakim)<br />
<br />
“Pedagang dan pembeli keduanya boleh memilih selagi belum berpisah. Apabila keduanya jujur dan terang-terangan, maka jual belinya akan diberkahi. Dan apabila keduanya tidak rnau berterus terang serta berbohong, maka jual belinya tidak diberkahi.” (HR. Bukhari dan Muslim)<br />
<br />
Rasulullah SAW menegaskan pula, bahwa pedagang yang jujur dalam melaksakan jual beli, di akhirat kelak akan ditempatkan di tempat yang mulia. Suatu ketika akan bersama- sama para Nabi dan para Syahid. Suatu ketika di bawah Arsy, dan ketika lain akan berada di suatu tempat yang tidak terhalang baginya masuk ke dalam surga.<br />
<br />
Sabda Rasulullah SAW:<br />
<br />
“Pedagang yang jujur serta terpercaya (tempatnya) bersama para Nabi, orang-orang yang jujur, dan orang-orang yang mati Syahid pada hari kiamat”. (HR. Bukhari, Hakim, Tirmidzi dan Ibnu Majjah)<br />
<br />
“Pedagang yang jujur di bawah Arsy pada hari kiamat”. (HR. Al-Ashbihani)<br />
<br />
“Pedagang yang jujur tidak terhalang dari pintu-pintu surga”. (HR. Tirmidzi)<br />
<br />
Allah Ta’ala berfirman (dalam hadits Qudsi):<br />
<br />
“Aku yang ketiga (bersama) dua orang yang berserikat dalam usaha (dagang) selama yang seorang tidak berkhianat (curang) kepada yang lainnya. Apabila berlaku curang, maka Aku keluar dari mereka.” (HR. Abu Dawud)<br />
<br />
“Sesama Muslim adalah saudara. Oleh karena itu seseorang tidak boleh menjual barang yang ada cacatnya kepada saudaranya, namun ia tidak menjelaskan cacat tersebut.” (HR. Ahmad dan lbnu Majaah)<br />
<br />
“Tidak halal bagi seseorang menjual sesuatu barang dengan tidak menerangkan (cacat) yang ada padanya, dan tidak halal bagi orang yang tahu (cacal) itu, tapi tidak menerangkannya.” (HR. Baihaqie)<br />
<br />
“Sebaik-baik orang Mu‘min itu ialah, mudah cara menjualnya, mudah cara membelinya, mudah cara membayarnya dan mudah cara menagihnya.” (HR. Thabarani)<br />
<br />
<br />
2. Amanah (Tanggungjawab)<br />
<br />
Setiap pedagang harus bertanggung jawab atas usaha dan pekerjaan dan atau jabatan sebagai pedagang yang telah dipilihnya tersebut. Tanggung jawab di sini artinya, mau dan mampu menjaga amanah (kepercayaan) masyarakat yang memang secara otomatis terbeban di pundaknya.<br />
<br />
Sudah kita singgung sebelumnya bahwa –dalam pandangan Islam– setiap pekerjaan manusia adalah mulia. Berdagang, berniaga dan ataujual beli juga merupakan suatu pekerjaan mulia, lantaran tugasnya antara lain memenuhi kebutuhan seluruh anggota masyarakat akan barang dan atau jasa untuk kepentingan hidup dan kehidupannya.<br />
<br />
Dengan demikian, kewajiban dan tanggungjawab para pedagang antara lain: menyediakan barang dan atau jasa kebutuhan masyarakat dengan harga yang wajar, jumlah yang cukup serta kegunaan dan manfaat yang memadai. Dan oleh sebab itu, tindakan yang sangat dilarang oleh Islam –sehubungan dengan adanya tugas, kewajiban dan tanggung jawab dan para pedagang tersebut– adalah menimbun barang dagangan.<br />
<br />
Menimbun barang dagangan dengan tujuan meningkatkan pemintaan dengan harga selangit sesuai keinginan penimbun barang, merupakan salah satu bentuk kecurangan dari para pedagang dalam rangka memperoleh keuntungan yang berlipat ganda.<br />
<br />
Menimbun barang dagangan –terutama barangbarang kehutuhan pokok– dilarang keras oleh Islam! Lantaran perbuatan tersebut hanya akan menimbulkan keresahan dalam masyarakat. Dan dalam prakteknya, penimbunan barang kebutuhan pokok masyarakat oleh sementara pedagang akan menimbulkan atau akan diikuti oleh berhagai hal yang negatifseperti; harga-harga barang di pasar melonjak tak terkendali, barang-barang tertentu sulit didapat, keseimbangan permintaan dan penawaran terganggu, munculnya para spekulan yang memanfaatkan kesempatan dengan mencari keuntungan di atas kesengsaraan masyarakat dan lain sebagainya.<br />
<br />
Ada banyak hadits Rasulullah yang menyinggung tentang penimbunan barang dagangan, baik dalam bentuk peringatan, larangan maupun ancaman, yang .ntara lain sebagai berikut:<br />
<br />
Sabda Rasulullah (yang artinya):<br />
“Allah tidak akan berbelas kasihan terhadap orang-orang yang tidak mempunyai belas kasihan terhadap orang lain.” (HR. Bukhari)<br />
<br />
“Barangsiapa yang melakukan penimbunan terhadap makanan kaum Muslimin, Allah akan menimpanya dengan kerugian atau akan terkena penyakit lepra.” (HR. Ahmad)<br />
<br />
“Orang yang mendatangkan barang dagangan untuk dijual, selalu akan memperoleh rejeki, dan orang yang menimbun barang dagangannya akan dilaknat Allah.” (HR. lbnu Majjah)<br />
<br />
“Barangsiapa yang menimbun makanan, maka ia adalah orang yang berdosa.” (HR. Muslim dan Abu Daud)<br />
<br />
“Barangsiapa yang menimbun makanan selama 40 hari, maka ia akan lepas dari tanggung jawab Allah dan Allah pun akan cuci tangan dari perbuatannya.” (HR. Ahmad)<br />
<br />
3. Tidak Menipu<br />
<br />
Dalam suatu hadits dinyatakan, seburuk-buruk tempat adalah pasar. Hal ii lantaran pasar atau termpat di mana orang jual beli itu dianggap sebagal sebuah tempat yang di dalamnya penuh dengan penipuan, sumpah palsu, janji palsu, keserakahan, perselisihan dan keburukan tingkah polah manusia lainnya.<br />
<br />
Sabda Rasulullah SAW:<br />
<br />
“Sebaik-baik tempat adalah masjid, dan seburk-buruk tempat adalah pasar”. (HR. Thabrani)<br />
<br />
“Siapa saja menipu, maka ia tidak termasuk golonganku”. (HR. Bukhari)<br />
<br />
Setiap sumpah yang keluar dan mulut manusia harus dengan nama Allah. Dan jika sudah dengan nama Allah, maka harus benar dan jujur. Jika tidak henar, maka akibatnya sangatlah fatal.<br />
<br />
Oleh sehab itu, Rasulululah SAW selalu memperingatkan kepada para pedagang untuk tidak mengobral janji atau berpromosi secara berlebihan yang cenderung mengada-ngada, semata-mata agar barang dagangannya laris terjual, lantaran jika seorang pedagang berani bersumpah palsu, akibat yang akan menimpa dirinya hanyalah kerugian.<br />
<br />
Sabda Rasulullah SAW:<br />
<br />
“Jangan bersumpah kecuali dengan nama Allah. Barangsiapa bersumpah dengan nama Allah, dia harus jujur (benar). Barangsiapa disumpah dengan nama Allah ia harus rela (setuju). Jika tidak rela (tidak setuju), niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah.” (HR. lbnu Majaah dan Aththusi)<br />
<br />
“Ada tiga kelompok orang yang kelak pada hari kiamat Allah tidak akan berkata-kata, tidak akan melihat, tidak akanpula mensucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih. Abu Dzarr berkata, “Rasulullah mengulang-ulangi ucapannya itu, dan aku hertanya,” Siapakah mereka itu, ya Rasulullah?” Beliau menjawab,<br />
<br />
“Orang yang pakaiannya menyentuh tanah karena kesombongannya, orang yang menyiarkan pemberiannya (mempublikasikan kebaikannya), dan orang yang menjual dagangannya dengan sumpah palsu.” (HR. Muslim)<br />
<br />
“Sumpah dengan maksud melariskan barang dagangan adalah penghapus barokah.” (HR. Bukhari dan Muslim)<br />
<br />
“Sumpah (janji) palsu menjadikan barang dagangan laris, (tetapi) menghapus keberkah an”. (HR. Tirmidzi, Nasal dan Abu Dawud)<br />
<br />
“Berhati-hatilah, jangan kamu bersumpah dalam penjualan. Itu memang melariskan jualan tapi menghilangkan barokah (memusnahkan perdagangan).” (HR. Muslim)<br />
<br />
Sementara itu, apa yang kita alami selama ini, jual beli, perdagangan dan atau perniagaan di zaman sekarang –terutama di pasar-pasar bcbas– tidak banyak lagi diketemukan orang yang mau memperhatikan etiket perdagangan Islam. Bahkan nyaris, setiap orang –penjual maupun pembeli– tidak mampu lagi membedakan barang yang halal dan yang haram, dimnana keadaan ini sesungguhnya sudah disinyalir akan terjadi oleh Rasulullah SAW, sebagaimana dinyatakan dalam haditsnya.<br />
<br />
Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, bersabda: “Akan datang pada manusia suatu zaman yang seseorang tidak memperhatikan apakah yang diambilnya itu dan barang yang halal atau haram.” (HR. Bukhari)<br />
<br />
Memang sangat disayangkan, mengapa hal seperti ini harus terjadi? Sementara tidak hanya sekali saja Rasulullah SAW memberi peringatan kepada para pedagang untuk berbuat jujur, tidak menipu dalam berjual beli agar tidak merugikan orang lain. Sehagaimana pernyataan beberapa hadits di bawah ini:<br />
Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah seseorang menjual akan suatu barang yang telah dibeli oleh orang lain”. (HR. Bukhari)<br />
Dari lbnu Umar: Bahwa seorang laki-laki menyatakan pada Nabi SAW bahwa ia tertipu ketika berjual heli. Maka Nabi menyatakan: “Jika engkau berjualbeli maka katakanlah: Tidak boleh menipu”. (HR. Bukhari)<br />
<br />
4. Menepati Janji<br />
<br />
Seorang pedagang juga dituntut untuk selalu menepati janjinya, baik kepada para pembeli maupun di antara sesama pedagang, terlebih lagi tentu saja, harus dapat menepati janjinya kepada Allah SWT.<br />
<br />
Janji yang harus ditepati oleh para pedagang kepada para pembeli misalnya; tepat waktu pengiriman, menyerahkan barang yang kwalitasnya, kwantitasnya, warna, ukuran dan atau spesifikasinya sesuai dengan perjanjian semula, memberi layanan puma jual, garansi dan lain sebagainya. Sedangkan janji yang harus ditepati kepada sesama para pedagang misalnya; pembayaran dengan jumlah dan waktu yang tepat.<br />
<br />
Sementara janji kepada Allah yang harus ditepati oleh para pedagang Muslim misalnya adalah shalatnya. Sebagaimana Firman Allah dalam Al Qur’an:<br />
<br />
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyaknya supaya kamu beruntung. Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadaNya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhutbah). Katakanlah: ”Apa yang di sisi Allah adalah lebih baik daripada permainan dan perniagaan”, dan Allah sebaik-baik pemberi rezki” (Q.S Al Jumu’ah (62):10-11)<br />
<br />
Dengan demikian, sesibuk-sibuknya urusan dagang, urusan bisnis dan atau urusan jual beli yang sedang ditangani –sebagai pedagang Muslim– janganlah pernah sekali-kali meninggalkan shalat. Lantaran Allah SWT masih memberi kesempatan yang sangat luas kepada kita untuk mencari dan mendapatkan rejeki setelah shalat, yakni yang tercermin melalui perintah-Nya; bertebaran di muka bumi dengan mengingat Allah SWT banyak- banyak supaya beruntung.<br />
<br />
5. Murah Hati<br />
<br />
Dalam suatu hadits, Rasulullah SAW menganjurkan agar para pedagang selalu bermurah hati dalam melaksanakan jual beli. Murah hati dalam pengertian; ramah tamah, sopan santun, murah senyum, suka mengalah, namun tetap penuh tanggungjawab.<br />
<br />
Sabda Rasulullah SAW:<br />
“Allah berbelas kasih kepada orang yang murah hati ketika ia menjual, bila membeli dan atau ketika menuntut hak”. (HR. Bukhari)<br />
<br />
“Allah memberkahi penjualan yang mudah, pembelian yang mudah, pembayaran yang mudah dan penagihan yang mudah”. (HR. Aththahawi)<br />
<br />
<br />
6. Tidak Melupakan Akhirat<br />
<br />
Jual beli adalah perdagangan dunia, sedangkan melaksanakan kewajiban Syariat Islam adalah perdagangan akhirat. Keuntungan akhirat pasti lebih utama ketimbang keuntungan dunia. Maka para pedagang Muslim sekali-kali tidak boleh terlalu menyibukkan dirinya semata-mata untuk mencari keuntungan materi dengan meninggalkan keuntungan akhirat. Sehingga jika datang waktu shalat, mereka wajib melaksanakannya sebelum habis waktunya. Alangkah baiknya, jika mereka bergegas bersama-sama melaksanakan shalat berjamaah, ketika adzan telah dikumandangkan. Begitu pula dengan pelaksanaan kewajiban memenuhi rukun Islam yang lain. Sekali-kali seorang pedagang Muslim hendaknya tidak melalaikan kewajiban agamanya dengan alasan kesibukan perdagangan.<br />
<br />
Sejarah telah mencatat, bahwa dengan berpedoman kepada etika perdagangan Islam sebagaimana tersebut di atas, maka para pedagang Arab Islam tempo dulu mampu mengalami masa kejayaannya, sehinga mereka dapat terkenal di hampir seluruh penjuru dunia. (Sumber: Al ’Amal Fil Islam karya Izzuddin Khatib At Tamimi (terj.) Bisnis Islam, alih bahasa H. Azwier Butun, Penerbit PT Fikahati Aneska Jakarta)<br />
<br />
sumber : <a href="http://www.wiraswastamuslim.com/berita-107-etika-perdagangan-dalam-islam.html" target="_blank">http://www.wiraswastamuslim.com/berita-107-etika-perdagangan-dalam-islam.html</a>.<br />
</div><br />
<br />
Sekian, wassalam</div>aizuddinhttp://www.blogger.com/profile/12680683194869917727noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-7263816984165926697.post-62960274970704899202010-08-05T14:04:00.000+08:002010-08-05T14:04:04.843+08:00Pelaburan dan Meniaga ForexOleh<br />
Zaharuddin Abd Rahman<br />
<a href="http://www.zaharuddin.net/" target="_blank">http://www.zaharuddin.net/</a>.<br />
<br />
Soalan<br />
<br />
Saya ingin minta pihak ustaz untuk menerangkan tentang pelaburan tukaran matawang asing dan juga perniagaan Forex. Bagaimana pula jika saya melakukan transaksi sendiri dengan berbekalkan analisa sendiri atau yang disediakan oleh broker dengan melayari internet. Kemudian memperolehi untung dari jualan dan belian matawang asing ini. Terima kasih<br />
<br />
Forex sumber kewangan keluarga?<br />
<br />
<br />
**************************<br />
Jawapan<br />
<br />
Bagi menjawab soalan ini, anda perlu memahami dua jenis perkara iaitu :-<br />
<br />
1- Melabur wang ringgit anda ke dalam satu syarikat yang memperolehi untung melalui FOREX.<br />
<br />
2- Melantik satu platform atau syarikat untuk menjalankan jual beli wang asing dan simpan. Semua transaksi dijalankan oleh anda sendiri, syarikat hanya menyediakan platform dan mengambil upah perkhidmatan sahaja.<br />
<br />
Pertama : Hukum bagi melabur dalam syarikat yang menjalankan FOREX :<br />
<br />
Forex (Foreign Exchange) atau yang lebih dikenal dengan Perdagangan Mata wang Asing; Ia merupakan suatu jenis perdagangan/transaksi yang memperdagangkan matawang suatu negara terhadap matawang negara lainnya yang melibatkan pasar-pasar matawang utama di dunia selama 24 jam secara berterusan.<br />
<br />
Benar, memang FOREX matawang adalah diharuskan, tetapi keharusannya tertakluk kepada sejauh mana ia menurut garis panduan yang dikeluarkan dari hadith Nabi yang sohih. Iaitu :-<br />
<br />
a- Ditukar (serah dan terima) dalam waktu yang sama ia disebut dalam hadis sebagai "yadan bi yadin". Dalam bahasa Inggerisnya adalah "on the spot basis". Ia datang banyak hadis antara yang paling utama adalah :'<br />
<br />
<div style="text-align: center;"><b><span style="font-size: large;">الذهب بالذهب , والفضة بالفضة , والبر بالبر , والشعير بالشعير , والتمر بالتمر , والملح بالملح , مثلاً بمثل , سواء بسواء , يداً بيد , فإذا اختلفت هذه الأصناف فبيعوا كيف شئتم</span></b></div><br />
Ertinya : Emas dengan Emas ( ditukar atau diniagakan) , perak dengan perak, gandum dengan gandum, tamar dengan tamar, garam dengan garam mestilah sama timbangan dan sukatannya, dan ditukar secara terus ( pada satu masa) dan sekiranya berlainan jenis, maka berjual-belilah kamu sebagaimana yang disukai" ( Riwayat Muslim, no 4039 no hadith , 11/9 ) .<br />
<br />
b- Nabi bersabda :-<br />
<br />
<div style="text-align: center;"><b><span style="font-size: large;">فإن رَسُولَ اللَّهِ قال الْوَرِقُ بِالذَّهَبِ رِبًا إلا هَاءَ وَهَاءَ</span></b></div><br />
Ertinya : Sesungguhnya Rasulullah s.a.w berkata : Pertukaran antara perak dan emas adalah riba kecuali jika ia dilakukan secara serentak (serah terima dalam satu masa)" (Riwayat Muslim, no 1586, 3/1209)<br />
<br />
c- Manakala pembelian secara hutang dari salah satu antara dua pihak adalah haram berdasarkan hadis :-<br />
<br />
<div style="text-align: center;"><b><span style="font-size: large;">نهى رسول اللَّهِ عن بَيْعِ الذَّهَبِ بِالْوَرِقِ دَيْنًا</span></b></div><br />
Ertinya : "Rasulullah s.a.w melarang dari menjual emas dan perak secara berhutang"( Riwayat Al-Bukhari, no 2070, 2/762)<br />
<br />
Hadis-hadis di atas menyebut perihal displin Islam dalam pertukaran emas dan perak. Untuk informasi, ulama bersepakat bahawa matawang (bank note) juga adalah sama displinnya dengan emas dan perak disebabkankan nilai dan fungsinya sebagai 'medium of exchange'. Justeru setiap displin dan syarat transaksi yang melibatkan emas dan perak juga TERPAKAI pada urusan transaksi matwang. Demikian keputusan Majlis Fiqh Antrabangsa dan juga Majlis Kewangan Islam Antarabangsa di bawah AAOIFI.<br />
<br />
FOREX dalam matawang yang diuruskan oleh syarikat konvensional sudah pasti tidak akan menjaga syarat ini kerana kebanyakan FOREX yang dijalankan oleh institusi Konvensional adalah ‘Forward FOREX' atau Forex yang menggunakan ‘Value forward' (nilai masa hadapan) yang tergolong dalam Riba Nasiah. Mereka juga kerap menggunakan SWAP, Options dan lain-lain instrument yang tidak halal di sisi Shariah.<br />
<br />
Instrumen-instrumen tadi tidak memenuhi syarat Islam iaitu serah terima atau disebut "qabadh" dalam Islam secara benar "hakiki" atau "hukmi" pada waktu yang sama. Masalah dalam implementasi FOREX adalah bertangguh dalam penyerahan dari kedua-dua pihak. Tatkala itu aqad menjadi batal (Radd al-Muhtar ala ad-durr, 4/531).<br />
<br />
Tidak saya nafikan, bahawa terdapat sesetengah Institusi Kewangan Islam yang melakukan forex ini setelah mendapatkan kelulusan Majlis Penasihat Shariah mereka, Namun semua mereka hanya terlibat dalam FOREX jenis SPOT dan bukannya jenis ‘Forward' ; jika adapun jenis forward ia menggunakan konsep Al-WA'D atau 'Unilateral Promise' dan ia telah disepakati keharusannya. Apa yang pasti, Majlis Shariah mereka telah meletakkan beberapa syarat dan bukannya secara bebas begitu sahaja.<br />
<br />
Justeru MELABUR MODAL ( BEERTI ANDA MELABUR DAN KEMUDIAN TUNGGU UNTUNG SAHAJA) dan di dalam institusi kewangan konvensional yang memperolehi untung melalui cara FOREX adalah tidak halal di sisi Islam.<br />
<br />
Ia adalah keputusan Panel Penasihat Shariah dunia yang bernaung di bawah nama Accounting & Auditing Organization For Islamic Institutions (AAOIFI). Antara panel penasihat Shariahnya adalah Syeikh Mufti Taqi Uthmani, Prof. Dr. Syeikh Wahbah Zuhayli, Prof. Dr. Syeikh Siddiq Dharir, Syeikh Abdullah al-Mani', Dr. Abd Sattar Abu Ghuddah, Syeikh Dr. Nazih Hammad, Syeikh Dr. Hussain Hamid Hassan, Syeikh Nizam Ya'quby, Dr. Mohd Daud Bakar, Syeikh Al-Ayashi al-Sadiq Faddad, Syeikh Dr. Ajil Nashmi dan ramai lagi.<br />
<br />
KEDUA : Hukum FOREX TRADING yang dijalankan sendiri-<br />
<br />
Bagi mengetahui hukum bagi bentuk kedua ini, pertama-tamanya ia tertakluk kepada :-<br />
<br />
a- Kesohihan dan kewibawaan syarikat platform dari sudut lesennya dan pengenalannya. Ia diperlukan bagi mengelak anda ditipu oleh platform syarikat yang tidak sebenar. Butiran terperinci berkenaan platform ini mestilah diteliti dan boleh diperolehi. Jika tidak, transaksi anda adalah syubhat dari awal lagi keran terdapat unsur gharar.<br />
<br />
b- Jika platform tersebut punyai wibawa dan lessen serta info yang sangat mencukupi, perkara kedua adalah menilai akta-akata berkaiatan dengan aktiviti ini dari badan berwajib di Malaysia. Ini perlu bagi memastikan anda tidak terlibat dengan aktiviti menyalahi undang-undang Negara.<br />
<br />
Jika yang kedua juga lulus, saya kira transaksi jual matawang asing dan simpan dan kemudian jual semula apabila harga tukarannya naik adalah harus kerana ia secara automatiknya dilaksanakan menurut kaedah ‘spot'. Namun mari kita sama-sama cuba mehami dan menyemak bagaimana proses ini dilakukan secara ringkas dan melihat pandangan Islam tentangnya.<br />
<br />
Setakat apa yang diterangkan oleh individu yang terlibat dan yang tahu berkenaan cara forex trading memlali internet ini. Ia seperti berikut :-<br />
<br />
1) Ia mempunyai minimum modal. Sebagai contoh USD 1, USD 100 dan lain-lain, ia berbeza mengikut polisi syarikat forex trading masing-masing.<br />
<br />
2) Dengan modal itu, pihak syarikat platform forex trading ini akan membukakan satu akaun khas buat peserta.<br />
<br />
Setelah itu, pihak peserta akan menentukan samada untuk membuka kaunter jualan matawangnya di dalam akaun atau membuka kaunter belian.<br />
<br />
Gambaran mudahnya adalah :-<br />
<br />
Katalah modalnya USD 100 yang dibeli dengan tukaran semasa hari tersebut USD 1 = RM 3.6, dan dibuka kaunter ‘selling' melalui platform syarikat tersebut.<br />
<br />
Sebagai contoh, pada esok harinya apabila dilakukan analisa terhadap pegerakan nilai matawang, didapati nilai USD mengukuh berbanding Ringgit iaitu USD 1 = RM 4<br />
<br />
Tatkala itu, ia akan menekan button jual USD 100 dan memperolehi RM 400. Ini bermakna ia telah beroleh keuntungan sebanyak RM 40 berbanding harga belian asalnya tadi.<br />
<br />
Pihak syarikat FOREX ini MESTILAH memasukkan seluruh RM 400 itu sebaik sahaja transaksi jual beli dilakukan, TIDAK DIBENARKAN DILEWATKAN ATAU DIMASUKKAN SEBAHAGIAN SAHAJA, jika dalam contoh di atas, hanya RM 40 dimasukkan, manakala baki modal sebanyak RM 360 hanya akan dimasukkan sejurus peserta menutup akaun pada hari tersebut.<br />
<br />
Isu Shariah : Jika ini tidak berlaku, maka ia lulus dari sudut Shariah, namun jika kelewatan berlaku, isu Shariah di sini adalah berlaku penangguhan dalam penyerahan matawang ringgit. Ini menjadikan ia bercangah dengan arahan Nabi s.a.w :-<br />
<br />
Dalam menukar wang dengan wang, Nabi telah menyebut garis panduan yang mesti dipatuhi iaitu:<br />
<br />
<div style="text-align: center;"><b><span style="font-size: large;">فإن رَسُولَ اللَّهِ قال الْوَرِقُ بِالذَّهَبِ رِبًا إلا هَاءَ وَهَاءَ</span></b></div><br />
Ertinya : Sesungguhnya Rasulullah s.a.w berkata : Pertukaran antara perak dan emas adalah riba kecuali jika ia dilakukan secara serentak (serah terima dalam satu masa)" (Riwayat Muslim, no 1586, 3/1209)<br />
<br />
Manakala pembelian secara hutang dari salah satu antara dua pihak adalah haram berdasarkan hadis :-<br />
<br />
<div style="text-align: center;"><b><span style="font-size: large;">نهى رسول اللَّهِ عن بَيْعِ الذَّهَبِ بِالْوَرِقِ دَيْنًا</span></b></div><br />
Ertinya : "Rasulullah s.a.w melarang dari menjual emas dan perak secara berhutang"( Riwayat Al-Bukhari, no 2070, 2/762)<br />
<br />
Imam An-Nawawi telah menyebut dengan terang bahawa para ulama telah bersepakat wajibnya syarat serah terima dalam satu masa atau ‘Taqabud' samada secara hakiki (fizikal) atau hukmi (melalui mediuam internet tetapi punyai bukti seperti resit atau nota elektronik yang menunjukkan transaski sah) ( Syarah Sohih Muslim) <br />
<br />
Cadangan : Mesti dipastikan bahawa semasa transkasi jual beli dilakukan, kesemua modal dicampur untung dimasukkan di dalam akaun kita tanpa sebarang tangguh, dan secara automatik juga kita boleh mengeluarkan wang tersebut tanpa sebarang halangan.<br />
<br />
3) Terdapat syarikat yang mensyaratkan minimum modal yang tinggi seperti USD 1000 dan lain-lain jumlah. Untuk itu mereka menawarkan apa yang dinamakan 'leverage' yangmana modal peserta akan digandakan.<br />
<br />
Sebagai contoh, katalah modal sebenar anda adalah USD 100. Maka anda dikehendaki memilih atau secara pilihan memlih gandaan yang dikehendaki. Seperti 1 : 10 beerti modal anda akan digandakan kepada 10 kali menjadi USD 1000 atau jika memilih 1:100, beerti modal anda menjadi USD 10000. Dengan jumlah baru inilah matawang anda akan di pasarkan di pasaran.<br />
<br />
Hukum Leverage :<br />
Takrif Leverage :<br />
<br />
The use of various financial instruments or borrowed capital, such as margin, to increase the potential return of an investment.<br />
<br />
Leverage can be created through options, futures, margin and other financial instruments. For example, say you have $1,000 to invest. This amount could be invested in 10 shares of Microsoft stock, but to increase leverage, you could invest the $1,000 in five options contracts. You would then control 500 shares instead of just 10. (Rujukan)<br />
<br />
Jika benarlah apa yang saya gambarkan ini, transaksi forex menggunakan Leverage ini adalah HARAM kerana ia dikira menjual matawang yang tidak di dalam milik anda. Milik sebenar anda hanyalah USD 100 tetapi yang dijual adalah 10,000. Ia berdasarkan apa yang disebut oleh Nabi s.a.w :<br />
<br />
<div style="text-align: center;"><b><span style="font-size: large;">لَا تَبِعْ ما ليس عِنْدَكَ</span></b></div><br />
Ertinya : Janganlah kamu menjual sesuatu yang tidak di dalam milikmu" ( Riwayat Abu Daud, no 3504, 3/283)<br />
<br />
Malah saya juga hampir pasti, wang yang digandakan oleh syarikat itu dikira sebagai pemberian pinjaman dan sudah tentu mereka akan mengambil sedikit keuntungan samada diketahui atau tidak diketahui oleh peserta. Jika ini berlaku, sekali lagi riba telah berlaku.<br />
<br />
Bagi mengelakkan perkara yang ditegah oleh Islam dari berlaku di sini, penggunaan leverage 1:1 sahaja yang dibenarkan. Wallahu'alam.<br />
<br />
4) Diberitakan juga pihak syarikat menasihatkan peserta agar menggunakan modalnya kurang dari 30 % bagi mengurangkan risiko semasa trading dijalankan.<br />
<br />
Dan jika terdapat masalah kemungkinan rugi atau apa yang dinamakan 'margin call', pihak peserta dibenarkan untuk membuka kaunter satu lagi samada jual atau beli bagi menyeimbangkan kemungkinan rugi.<br />
<br />
Pandangan : Wallahu'alam, jika semunya dilaksanakan dengan jelas dan perancangan yang betul. Setakat ini saya tidak nampak adanya masalah Shariah dalam tindakan ini, kerana apa yag dilakukan adalah membuka kaunter baru, kalau sebelum ini ia membuka kaunter jual sahaja, maka apabila di posisi jual didapati boleh membawa kerugian, ia dengan segera mebuka kaunter beli, bagi memperolehi keuntungan pula. Semuanya adalah harus jika dilaksanakan menurut syarat di atas tadi, tiada leverage, tiada tangguh, dan wang yang telah diperolehi boleh dikeluarkan pada bila-bila masa. Wallahu'alam.<br />
<br />
Kesimpulan<br />
<br />
Walaupun berniaga sendiri forex dan memenuhi syarat ini boleh dikira halal, namun ia bukanlah sesuatu yang disukai oleh polisi ekonomi di dalam Islam, pertamanya kerana menurut pandangan ekonomi dalam Islam, matawang adalah 'medium of exchange' sahaja dan ia bukanlah komoditi yang wajar diniagakan bagi memperolehi untung dari perbezaan nilainya. Kita tahu nilai matwang kini tidak lagi bersandarkan emas atau perak, wang kertas hari ini (fiat money) tidak mempunyai nilai tersendiri (seperti logam emas dan perak) kecuali nilainya datang dari pasaran global yang ditentukan oleh 'demand and supply' di pasaran dunia.<br />
<br />
Justeru, menjadikan cara ini bagi memberikan anak dan isteri makan bukanlah satu bentuk kerjaya yang terpuji di dalam Islam. Malah ia sebenarnya membantu sistem kapitalis dan menguatkan sistem ekonomi yang mereka anjurkan. Justeru, fikirkanlah....<br />
<br />
Jika anda tidak ingin menerima padangan saya, tidak mengapa tetapi bacalah pendapat ulama besar kewangan Islam sedunia iaitu Syeikh Mufti Taqi Uthmani dalam hal ini:<br />
<br />
Forex Currency Trading<br />
<br />
By Mufti Muhammad Taqi Usmani<br />
Posted: 11 Zul Qa'Dah 1424, 22 November 2007<br />
<a href="http://www.albalagh.net/qa/Forex_currency_trading.shtml" target="_blank">http://www.albalagh.net/qa/Forex_currency_trading.shtml</a>.<br />
<br />
Q.) Is Forex Currency Trading halal? I have attached a document detailing the aspects of the business.<br />
<br />
A.) I went throught the papers sent by you. I am of the opinion that these transactions are not compliant with Shariah. The very condition that you cannot take delivery of the purchased currency makes it impermissible. Morever, there are other elements according to my knowledge that makes this trade unlawful in Shariah, such as, forward sales, short sales etc. This is in addition to the fact that the currencies are originally a medium of exchange and should only be exchanged for personal use in different countries. To make them a tradable commodity only for earning a profit is also against the basic philosophy of Islamic economics. I would therefore not advise you to indulge in this trade.aizuddinhttp://www.blogger.com/profile/12680683194869917727noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-7263816984165926697.post-89559218276770428232010-08-04T09:01:00.001+08:002010-08-04T09:02:08.241+08:00Antara Rasuah dan HadiahSoalan: <br />
<br />
Kepada Dr Asri, saya berniaga tender kerajaan dan ingin memohon penjelasan Dr. Apakah perbezaan diantara rasuah dan hadiah? Kadang kala syarikat saya menghadiahkan sesuatu kepada pegawai yg terbabit sebagai tanda terima kasih walaupun hadiah itu tidak diminta oleh pegawai berkenaan. Adakah ini rasuah atau hadiah? Bagaimana pula jika memberi hamper sempena hari raya? Saya rasa macam kadang kala kita menyembunyikan rasuah dengan perkataan pemberian ikhlas. Harap Dr tolong huraikan.<br />
<br />
Farid Ahmad, KL<br />
<br />
*****************<br />
Jawapan Dr MAZA: <br />
<br />
Sikap saudara yang berhati-hati tentang urusan rezeki atau sumber pendapatan dalam kehidupan ini amatlah dipuji. Ini satu tanda adanya nilai kesolehan dalam jiwa. Malang sekali di zaman kini, ramai yang kurang peduli soal halal dan haram hasil pendapatan yang diperolehinya. Soalan saudara asasnya mengenai perbezaan antara hadiah dan rasuah. Persoalan ini dibincang oleh para ulama sejak dahulu kerana bab ini sering disalahgunakan. Ramai yang mengambil kesempatan dengan permainan istilah yang seperti ini. Ada yang cuma menghalalkan rasuah dengan diberi nama hadiah. Saya jawab berdasarkan noktah-noktah berikut:<br />
<br />
1. Adanya perbezaan antara rasuah dan hadiah. Rasuah adalah pemberian samada dalam bentuk harta atau manfaat tertentu yang bertujuan untuk memperolehi sesuatu yang bukan haknya, atau menzalimi hak pihak lain. Dalam Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwitiyyah ditakrifkan<br />
<br />
“<i>apa yang diberikan dengan tujuan memalsukan kebenaran dan membenarkan kepalsuan</i>”. (lihat:, 22/220)<br />
<br />
Adapun hadiah adalah pemberian atas sebab suka atau sayang tanpa sebarang tuntutan atau ganjaran balas yang disyaratkan. Al-Imam al-Mawardi merumuskan “rasuah apa yang diberikan kerana menuntut sesuatu, hadiah pula apa yang disumbang tanpa sebarang balasan”. Ertinya, pemberi rasuah mengharapkan sesuatu balasan yang dia tidak dapat memperolehinya tanpa sogokan tersebut. Dengan pemberian tersebut menyebabkan ada pihak lain yang dizalimi haknya; samada dihilangkan, atau dikurang, atau dilambat atau aka nada pihak yang dikenakan suatu tindakan yang tidak adil. Maka, rasuah merupakan pemberian bersyarat, sementara hadiah bukan pemberian bersyarat dan tidak menyebabkan kezaliman kepada pihak lain. Rasuah dikeji oleh Islam, sementara hadiah digalakkan.<br />
<br />
2. Berdasarkan kepada penjelasan di atas, maka orang yang paling dapat mengesan sesuatu pemberian itu rasuah atau hadiah ialah pemberi itu sendiri. Hanya dia yang tahu bagi setiap pemberian yang dihulurkan. Adakah dia mengharapkan sesuatu pada masa tersebut, atau pada masa hadapan dari pihak yang diberikan, sedangkan apa yang harapkan itu dia tidak layak memperolehinya sedemikian rupa?<br />
<br />
Selepas itu, pihak yang mengambil juga amat mengetahui bahawa pemberian itu memberikan kesan kepada urusannya atau tidak. Adakah pemberian tersebut akan menyebabkan dia terasa untuk akan membalas ‘budi’ pihak berkenaan dengan memberikan kepadanya apa yang bukan haknya, atau menzalimi hak orang lain?<br />
<br />
Sabda Nabi s.a.w:<br />
<br />
“<i>Sesungguhnya setiap amalan itu dengan niat</i>” (Riwayat al-Bukhari).<br />
<br />
Juga sabda Nabi s.a.w:<br />
<br />
“<i>Kebaikan itu apa yang menenangkan jiwa, sementara kejahatan itu keraguan dalam jantung hati, teragak-agak di dada sekalipun manusia memberi fatwa kepadamu ( ianya baik)</i>” (Riwayat Ahmad dan al-Darimi dengan sanad yang hasan).<br />
<br />
Ertinya, sekalipun jika ada yang berfatwa untuk menghalalkan yang salah, nmun jiwa mukmin yang ikhlas akan tetap teragak-agak dan ragu mengenainya. Justeru, jika pemberi dan penerima mempunyai perasaan takutkan azab Allah, mereka sendiri dapat memutus apakah nilai pemberian yang diberi atau diterima tersebut.<br />
<br />
3. Ertinya, jika pemberian itu atas dasar persahabatan yang tiada kaitan sama sekali dengan jawatan dan kedudukan yang dipegang, maka itu adalah hadiah. Jika ia diberikan kerana jawatan dan kedudukan yang boleh memutuskan sesuatu hak, maka itu adalah rasuah. Perkara ini pernah diingatkan oleh Nabi s.a.w mengenai pegawai atau petugas kerajaan yang mengambil hadiah yang kononnya diberikan kepada mereka. Sabda Nabi s.a.w:<br />
<br />
“<i>Apa jadi dengan pegawai yang kita utuskan, kemudian pulang dan berkata: “Ini bahagian kamu, ini bahagian aku. Silakan dia duduk di rumah ayah dan ibunya, lalu tunggu adakah akan diberikan hadiah kepadanya atau tidak?! Demi Allah, dia (pegawai berkenaan) tidak mengambil sesuatu melainkan pada Hari Kiamat nanti dia akan menanggung pemberian itu atas tengkoknya.</i>” (Riwayat al-Bukhari).<br />
<br />
Maka, seseorang penguasa atau pegawai atau petugas hendaklah merenung dirinya, pemberian yang diberikan kepadanya itu mempunyai kaitan dengan jawatan yang dipegangnya atau tidak. Jika ada kaitan yang akan mempengaruhi tindakannya atau akan mengganggu keadilan atau amanahnya, maka itu adalah rasuah. Kesan itu samada secara langsung atau secara tidak langsung. Jika pemberian itu atas dasar sahabat dan kenalan, ikhlas tanpa mengharapkan apa-apa, dan tiada ruang untuk penyalahgunaan kuasa maka ia dinamakan hadiah. Ini seperti kita memberikan hadiah kepada sahabat kita sekalipun dia seorang pegawai besar dalam sesuatu urusan. Namun pemberian itu bukan kerana atau untuk penyalahgunaan kuasa maka itu dianggap hadiah.<br />
<br />
4. Rasuah boleh muncul dalam berbagai bentuk; samada harta atau manfaat tertentu yang diberi atau dijanjikan. Juga dengan rasuah hak pihak lain itu boleh dicemari atau dizalimi dalam pelbagai cara. Ini seperti pemberian itu akan menyebabkan disegerakan urusan kita, sehingga menyebabkan terlewatnya urusan pihak lain. Atau jika dalam bentuk persaingan tender seperti zaman sekarang, pemberian rasuah boleh menafikan hak pihak lain untuk dinilai, atau menghapuskan persaingan yang adil antara pihak-pihak yang terlibat. Rasuah juga boleh menzalimi majikan seperti pegawai mengabaikan kualiti kerja disebabkan habuan yang disuap. Juga rasuah juga boleh menyebabkan ada pihak yang akan dihukum secara tidak adil. Firman Allah: (maksudnya)<br />
<br />
“<i>dan janganlah kamu makan (mengambil) harta antara kamu dengan cara yang batil, dan jangan pula kamu menghulurkan harta kamu (memberi rasuah) kepada hakim-hakim kerana hendak memakan (atau mengambil) sebahagian dari harta manusia dengan cara dosa, padahal kamu mengetahui (salahnya)</i>” (Surah al-Baqarah, ayat 188)<br />
<br />
5. Rasuah atas nama hadiah boleh merosakkan rakyat dan negara. Lihat sahaja negara seperti Mesir yang setiap kerja yang sepatutnya berjalan dengan baik terbengkalai kerana setiap urusan akan menuntut wang saguhati atau tips. Bermula dari driver bas di Airport Kaherah sehinggalah ke pihak-pihak yang lebih atas. Apabila keadaan ini berlaku orang miskin susah hendak berurusan kerana mereka tidak mampu memberikan ‘hadiah’ kepada pegawai-pegawai yang bertugas. Kualiti kerja menjadi rosak. Perasaan tanggungjawab terhadap tugas diukur dengan hadiah yang pernah diberikan atau yang akan diberikan. Maka rasuah merangkumi kesalahan berbohong dan khianat.<br />
<br />
6. Adapun pemberian untuk mengelakkan kezaliman seperti memberikan suapan kepada sesuatu pihak bagi melepaskan diri dari kezaliman atau memperolehi hak yang sepatutnya. Ini seperti merasuah petugas kepada penguasa yang zalim demi melepas sesuatu kezaliman kepada diri sendiri atau pihak tertentu, atau mengembalikan sesuatu hak yang diambil dengan cara yang zalim, maka Dr. Al-Qaradawi berpendapat bahawa jika keadaan seperti itu berlaku, seseorang hendaklah berusaha dengan cara yang tidak merasuah sesiapa. Namun jika tiada jalan dan terpaksa, maka dosa tersebut ditanggung oleh pihak yang mengambilnya, tidak atas pihak yang memberikan suapan tersebut (lihat: al-Halal wa al-Haram fi al-Islam, m.s 300, Beirut: al-Maktab al-Islami).<br />
<br />
7. Perbuatan rasuah adalah dosa yang besar. Sabda Nabi s.a.w:<br />
<br />
“<i>Allah melaknat pemberi rasuah dan penerimanya</i>” (Riwayat al-Tirmizi dan Ibn Majah, dinilai sahih oleh al-Albani).<br />
<br />
Apa tidaknya, rasuah boleh meruntuh keseluruhan sistem keadilan dalam sesebuah masyarakat. Kata Saidina Ali bin Abi Talib:<br />
<br />
“<i>Sesungguhnya binasanya manusia terdahulu kerana mereka menghalang kebenaran sehingga ianya dibeli. Mereka membentangkan kezaliman sehingga ianya ditebus</i>”. (Ibn Muflih, Al-Adab al-Syar‘iyyah, 1/201. Beirut: Muasasah al-Risalah).<br />
<br />
8. Hadiah yang ikhlas adalah digalakkan oleh Islam. Sabda Nabi s.a.w:<br />
<br />
“<i>Berilah hadiah nanti kamu akan sayang menyayangi</i>” (Riwayat al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad).<br />
<br />
Ya, hadiah yang jujur kepada sahabat atau bakal pasangan hidup akan menimbul kenangan dan ingatan. Kasih-sayang tanpa kepentingan itu amat tinggi nilainya dalam kehidupan insan. Hadiah satu jalan mengeratkan hubungan antara kita atas kejujuran dan keikhlasan jiwa.aizuddinhttp://www.blogger.com/profile/12680683194869917727noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-7263816984165926697.post-4854078958205395862009-02-24T11:21:00.000+08:002009-02-24T11:21:28.608+08:00Hak Amil Menerima ZakatSalam ustaz..pertama-tamanya&buat selama-lamanya ana bersyukur pada Allah Taala kerana diberi kesempatan untuk bertanya soalan mengenai hukum hakam zakat.ana juga memohon maaf andai ana mengganggu kerja ustaz...<br />
<br />
Disini saya ingin kemukakan situasi keadaan mengenai hak amil sebagai salah satu golongan yang berhak menerima zakat.Situasinya : Ahmad merupakan seorang pekerja di Pusat Zakat Negeri sebagai Pegawai zakat merangkap amil kutipan zakat harta,beliau telah dibayar gaji sebanyak RM1100 sebulan.Namun begitu,haknya sebagai seorangamil zakat untuk memperolehi hak sebagai golongan asnaf zakat sebanyak 1/8 dinafikan disebabkan beliau telah dibayar gaji bulanan.Persoalannya di sini,adakah memang benar bahawa beliau tidak layak untuk menerima zakat atas tiket AmilZakat disebabkan beliau telah dibayar gaji?Apakah hukum sebenar hak sebagai Amil Zakat?Apakah takrif sebenar Amil Zakat sehingga melayakkan beliau berhak menerima zakat selaku Amil yang telah dipertanggungjawabkan oleh majikan di sisi agama?<br />
ana harap ustaz sudi menjawab persoalan yang sentiasa bermain di fikiran saya ini..terima kasih ana ucapkan di atas budi baik ustaz dalam memberi kefahaman yang jelas kepada ana.mudah-mudahan usaha ustaz akan mendapat ganjaran daripada Allah Taaala..<br />
<br />
*******************<br />
Jawapan:<br />
Ust Hilmi Alfikrah.net:<br />
<br />
Amil adalah 1 asnaf daripada 8 asnaf yang termaktub dalam syarak daripada nas qati'nya, surah Taubah, ayat 60, Allah Taala berfirman:<br />
<br />
Sesungguhnya sedekah-sedekah (zakat) itu hanyalah untuk orang-orang fakir, dan orang-orang miskin dan amil-amil yang mengurusnya dan orang-orang mualaf yang dijinakkan hatinya dan untuk hamba-hamba yang hendak memerdekakan dirinya, dan orang-orang yang berhutang dan untuk (dibelanjakan pada) jalan Allah, dan orang-orang musafir (yang keputusan) dalam perjalanan.<br />
<br />
Maksud amil, terdapat beberapa tafsiran sebab skop dalam soalan agak kecil, sekadar kutipan sahaja.<br />
<br />
Imam Tabari r.h, menyebut: amil-amil ialah mereka yang membawa zakat daripada pemberinya, dan mengagihkannya kepada orang-orang yang layak menerimanya, biarpun dari mereka adalah orang kaya atau miskin. (Tafsir Tabari, 14/310).<br />
<br />
Imam Baghawi r.h pula menambah, mereka diberi zakat sebagai upah terhadap pekerjaan itu (iaitu sebagai amil-pen). (Tafsir Baghawi, 4/63)<br />
<br />
pendapat fiqh menyatakan amil zakat diberi zakatnya kerana tugas mereka itu, biarpun kaya atau miskin, antara menyokongnya ialah Ibn Rusyd (Bidayatul Mujtahid, 1/231), dengan sebab, ia telah termaktub dalam nas dan memberi faedah kepada amil yang dilantik (ibid).<br />
<br />
Ulama kedua, menyokong pandangan ini ialah Syeikh Ibn Uthaimin r.h, menyebut:<br />
<br />
<div style="color: blue; text-align: right;"><span style="font-size: x-large;">العاملون على الزكاة مستحقون بوصف العمالة ، ومن استحق بوصف أعطي بقدر ذلك الوصف ، وعليه فيعطون من الزكاة بقدر عمالتهم فيها ، سواء كانوا أغنياء أم فقراء ، لأنهم يأخذون الزكاة لعملهم لا لحاجتهم</span></div><br />
(lihat: Majmuk Fatawa Ibn Uthaimin, 18/331)<br />
<br />
Amil ialah mereka yang dilantik oleh pemerintah untuk tugasan zakat, baik mengumpul atau mengagihkannya. (lihat: ibid)<br />
<br />
Definisi lain untuk amil ialah, mereka yang dipertanggungjawabkan ke atas zakat, dan mengumpulnya daripada pemilik-pemilik harta, dan mengagihkannya kepada asnaf-asnafnya setelah diauthorizekan oleh pemerintah. (rujuk: Mausu'ah Fiqhiyah, 2/10543)<br />
<br />
Imam Syaukani dalam Nailul Autar menyebut perihal ini, disebabkan tugasan mereka, maka berhak ke atasnya menerima zakat, biarpun jika diniatkan sebagai pemberian itu sebagai sedekah kerana bukanlah ia syaratnya. (Nailul Autar, 6/454)<br />
<br />
konteks ini luas untuk zakat kerana mereka bertugas dalam urusan zakat, bukan semata-mata zakat fitrah dimana amil-amil memang dilantik dalam musim Ramadhan. Pendapat ini diambil daripada Syeikh Al-Qardhawi. (Lihat: Fiqh Zakat, 2/52)<br />
<br />
isu diatas telah dijawab oleh Syeikh Uthaimin r.h dalam situasi andai amil termasuk dalam asnaf yang diperuntukkan zakat seperti dia adalah asnaf miskin, beliau menyebut:<br />
<br />
<div style="text-align: right;"><span style="color: blue; font-size: x-large;">فإن قدر أن العاملين عليها فقراء ، فإنهم يعطون بالعمالة ، ويعطون ما يكفيهم لمدة سنة لفقرهم . لأنهم يستحقون الزكاة بوصفين العمالة عليها والفقر ، فيعطون لكل من الوصفين، ولكن إذا أعطيناهم للعمالة ولم تسد حاجتهم لمدة سنة ، فنكمل لهم المؤونة لمدة سنة ، مثال ذلك: إذا قدرنا أنه يكفيهم لمدة سنة عشرة آلاف ريال ، وأننا إذا أعطيناهم لفقرهم أخذوا عشرة آلاف ريال ، وأن نصيبهم من العمالة ألفا ريال ، فعلى هذا نعطيهم ألفي ريال للعمالة ، ونعطيهم ثمانية آلاف ريال للفقر</span> .</div><br />
(Lihat: rujukan di atas, Majmuk Fatawa Ibn Uthaimin)<br />
<br />
Maka, berhak ke atas amil menerima bahagiannya daripada zakat, bukan gaji, dan ini disokong dalam persidangan Simposium Masalah Zakat Semasa Kali Ke-3 yang dianjurkan oleh Perbadanan Zakat Kuwait seperti dibawah:<br />
<br />
Amil Zakat ialah semua pihak yang bertugas melakukan kerja-kerja yang berkaitan dengan pengumpulan, penyimpanan, penjagaan, pencatatan dan pengagihan harta zakat.<br />
<br />
Mereka dilantik oleh pemerintah di dalam negara Islam atau mereka diberi kebenaran atau dipilih oleh institusi yang diiktiraf oleh kerajaan atau oleh masyarakat Islam untuk membuat pungutan dan pengagehannya serta melakukan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan zakat seperti mengajar masyarakat tentang hukum zakat, menerangkan tentang sifat-sifat pemilik harta yang wajib dikeluarkan zakat dan golongan-golongan yang berhak menerima zakat, memindahkan, menyimpan, menjaga, mengembangkan serta memanfaatkan harta zakat.<br />
<br />
Amil-amil zakat berhak mendapatkan imbuhan dari kerja mereka iaitu dari bahagian golongan amil zakat yang diberikan oleh pihak yang melantik mereka dengan kadar tidak lebih dari upah yang sama dengannya walaupun mereka bukan dari kalangan orang-orang fakir dengan mengambil kira bahawa jumlah wang yang dibayar untuk semua amil zakat, persiapan dan pembiayaan pengurusan pejabat tidak lebih dari satu perlapan dari hasil pungutan zakat (12.5 %).<br />
_________________<br />
hilmi07.al-fikrah.net<br />
<br />
jawapan tepat dalam konteks di Malaysia, setelah merujuk beberapa kenalan yang bekerja di pusat zakat mahupun yang ada akses ke pusat zakat & majlis agama islam (terima kasih Ust Al-Ansar kerana tunjuk jalan ke pusat zakat tempat enta, bila mau jadi panelis di sini?) ialah ditetapkan gaji ke atas amil dan tidak menuntut lebih dari itu kerana peruntukan zakat ke atas asnaf amil telah dimasukkan dalam operasi pengurusan zakat.<br />
<br />
Pandangan ini diambil daripada Imam Nawawi r.h,<br />
<br />
<div style="color: blue; text-align: right;"><span style="font-size: x-large;">وأما العامل فاستحقاقه بالعمل.</span></div><div style="color: blue; text-align: right;"><span style="font-size: x-large;">فإن شاء الإمام بعثه بلا شرط ثم أعطاه أجرة مثل عمله</span></div><div style="color: blue; text-align: right;"><span style="font-size: x-large;">وإن شاء سمى له قدر أجرته أو جعالة ويؤديه من الزكاة</span></div><div style="color: blue; text-align: right;"><span style="font-size: x-large;">ولا يستحق من أجرة المثل</span></div><br />
Adapun hak/upah amil itu adalah mengikut kadar kerjanya. Pihak Imam (pihak yang dipertanggungjawabkan tentang agama) boleh (sah) mengutus Amil untuk memungut zakat tanpa apa-apa syarat kemudian setelah selesai kerjanya, diberikan upah mengikut upahan bagi kerja-kerja yang seumpamanya. Dan jika pihak yang berkenaan hendak menetapkan pembayaran itu sebagai gaji terhadap kerja yang dijalankan atau seumpama satu perjanjian upah bagi kerja yang dijalankan bolehlah diambil dari harta zakat. Dan para amil tidak berhak menuntut lebih dari itu.<br />
<br />
(rujukan: روضة الطالبين, 2/327)<br />
<br />
dengan ini, pandangan awal sebelumnya dimansuhkan sebab tidak masuk dalam konteksnya setelah meneliti situasi di Malaysia.. والله أعلم<br />
_________________<br />
hilmi07.al-fikrah.netaizuddinhttp://www.blogger.com/profile/12680683194869917727noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-7263816984165926697.post-19745485433917955092009-02-08T18:42:00.013+08:002009-02-08T18:46:23.541+08:00pelaburan haramSalam<br />
<br />
Apa nak buat kalau dah labur dalam skim pelaburan yang haram?<br />
<br />
*********************<br />
thtl<br />
<br />
Wassalam<br />
<br />
alJawab:<br />
<br />
Hendaklah dihentikan pelaburan itu. Dalilnya: Dari Jabir ra," setiap daging yg tumbuh dari yg haram, maka Neraka lebih berhak baginya yang ialah api neraka." sahih, alAlbani, sahih alJaami' # 4519.<br />
<br />
Keluarkan modalnya, keuntungan disedeqahkan dan modal (asal) itu dilabur dalam skim pelaburan yang halal. Begitulah Islam, " Yang halal itu jelas, dan yg haram itu jelas" HR al-Bukhari-Muslim (matan arbai'iin # 6 dari Nu'man)<br />
<br />
sekian<br />
<br />
_________________<br />
UZAR<br />
Salam,<br />
<br />
Jwpn panjang telah saya jwb di web saya , sila buka http://www.zaharuddin.net/index.php?option=com_content&task=view&id=435&Itemid=72<br />
<br />
jwpn ringkas seperti berikut :-<br />
<br />
Bagaimana Nak Buat Jika Dah Menyertai ?<br />
<br />
Ramai yang menghubungi saya lalu bertanya :<br />
<br />
•1) Modal boleh ambil semula atau tidak?<br />
<br />
Jawapnya : Modal boleh diambil semula, ini kerana sesebuah aqad transaksi Riba tidak diiktiraf dalam Islam. Justeru bermakna, modal yang telah diletakkan juga tidak hangus malah sipelabur layak mendapatkannya semula. Adapun jika, kontrak tidak boleh dibatalakan di pertengahan jalan. Harus hukumnya untuk menunggu bagi mendapatkan semula modalnya. Tidak kurang mahupun lebih.<br />
<br />
•2) Apa nak buat dengan keuntungan yang telah diperolehi?<br />
<br />
Para ulama dari empat mazhab telah bersepakat berkenaan kewajiban melupuskan harta haram dengan mendermakannya.<br />
<br />
Syeikh Atiyyah Saqar (bekas Ketua Lajnah Fatwa Al-Azhar) berkata, : "Wajib melupskan harta yang haram ketika bertawbat, ia boleh dilakukan dengan memulangkan kembali harta itu kepada tuannya (jika diketahui) atau kepada warisnya, dan jika tidak mampu diketahui, hendaklah diserahkan kepada faqir miskin bagi memisahkan diri darinya dan bukannya bagi meraih pahala (dari serahan itu). ( Min Ahsanil Kalam Fil Fatawa, hlm 2/65)<br />
<br />
Hujjah utama para ulama dalam hal mendermakan wang haram seperti ini adalah pelbagai hadith Rasulullah SAW yang diriwayat Abu Daud dengan sanad yang baik, hadith tentang kekalahan Rom tadi, athar dari Ibn Mas'ud yang diriwayatkan oleh Al-Bayhaqi 6/188 dan banyak lagi.<br />
<br />
•3) Jika Nak Derma ke mana Yang Boleh ?<br />
<br />
Rinngkasannya mudah sahaja :-<br />
<br />
a- Faqir miskin samada dari kalangan ahli keluarga atau tidak. Majoriti mazhab Islam termasuk ulama silam memberikan fatwa harus untuk individu yang benar-benar dalam keadaan ini menggunakannya untuk dirinya atas sebab miskin dan faqir. Ketika itu, harta yang kotor itu, tidak lagi menjadi kotor. Tetapi mestilah dengan syarat ianya disertai dengan perasaan insaf dan bertawbat dari perbuatan haramnya. (Al-Ikhtiyar li Ta'lil al-Mukhtar, 3/61 ; Al-Qawaid, Ibn Rejab, hlm 129 ; Ihya Ulumiddin, 2/145 ; Al-Majmu' , 9/428)<br />
<br />
SIAPA ITU FAQIR DAN MISKIN?<br />
<br />
Menurut majoriti mazhab dan ulama, Faqir itu adalah Mereka yang tiada memilki harta (duit ataupun harta seperti kereta, rumah ) dan tiada pula kemampuannya dan kelayakan bagi mencari harta halal yang mampu mencukupi had keperlaun asasnya dari sudut makan, pakaian dan tempat tinggal bagi dirinya dan yang di bawah tanggungannya. Seperti ia perlukan minima RM 10 untuk keperluan asas, tetapi hanya perolehi RM 1, 2 atau 4 sahaja.<br />
<br />
MIskin pula , ia memerlukan RM 10, tetapi hanya memiliki RM 7 atau 8 sahaja. Selain itu, termasuk juga mereka yang mempunyai harta tetapi tidak dapat digunakan kerana sebab-sebab tertentu seperti jauh dan sebagainya. Termasuk juga dalam takrif ini seperti para pelajar univeristi yang wangnya hanya mencukupi untuk makan dan tidak mencukupi untuk membeli peralatan asasinya seperti buku, kitab, tatkala itu ia juga dikira miskin ( Nihayatul Muhtaj, Ar-Ramli, 6/151, hlm 153)<br />
<br />
Tetapi awas, jangan ada yang menggunakan pelbagai helah untuk menganggap diri miskin semata-mata untuk menggunakan harat haram ini untuk dirinya. Allah SWT maha mengetahui akan segala helah makhluknya.<br />
<br />
<br />
•b- Badan Kebajikan Awam & pembinaan Kemudahan Awam Yang Halal.<br />
<br />
Saya kira ini tidak lagi memerlukan huraian kerana kejelasannya.<br />
<br />
•c- Masjid & Surau.<br />
<br />
Pada asalnya ia tidak berapa digalakkan, tetapi bolehlah mengambil pandangan yang lebih ringan dalam hal ini iaitu ia merupakan pandangan Ulama Hanafi, Mazhab Syafie yang berfatwa harus menggunakan duit haram yang tidak diketahui pemilik ini untuk membina masjid dan surau. (Al-Majmu' , 9/428 ; Hasiyah Radd Al-Muhtar, 2/92) ;<br />
<br />
•4) Tak mampu nak derma seluruh keuntungan Riba itu sekali gus, adakah jalan lain?<br />
<br />
Bagi yang benar-benar insaf, dan wang keuntungan masih ada, tetapi jika didermakan maka habis seluruh wang simpanan atau membawa kesukaran belanja keluarga yang teruk. Ketika itu bolehlah di dermakan wang keuntungan tersebut secara berperingkat khas bagi mereka yang berada dalam situasi ini. Ia samalah dengan dalil berkenaan tindakan khalifah Umar Ab Aziz tadi.<br />
<br />
•5) Dah guna habis duit beli itu ini, memang tak mampu nak ganti balik.<br />
<br />
Untuk kumpulan sebegini, yang terpenting adalah bertawbat dan memutuskan semua keterlibatan dengan wang haram ini lagi. Dalam masa yang sama memperbanyakkan sedeqah sedikit demi sedikit sepanjang hidupnya. Ianya perlu bagi menghapuskan dosa-dosa silam yang melekat di hati, kehidupan dan dagingnya. Ia berdasarkan sabda Nabi SAW :-<br />
<br />
اتق الله حيثما كنت وأتبع السيئة الحسنة تمحها وخالق الناس بخلق حسن<br />
<br />
Ertinya : Bertaqwalah kamu kepada Allah di mana sahaja kamu berada dan ikutilah perbuatan dosamu dengan pahala, nescaya ia akan dapat memadamnya dan menjadikan kamu dengan ahklah yang mulia" ( Riwayat At-Tirmidzi , no 1910 , At-Tirmidiz : Hadith Hasan)<br />
<br />
Disebut di syarahnya akan erti penghapusan itu :-<br />
<br />
<div style="color: blue; text-align: right;"><span style="font-size: large;">والمراد يمحو الله بها آثارها من القلب أو من ديوان الحفظة , وذلك لأن المرض يعالج بضده فالحسنات يذهبن السيئات</span></div><br />
Ertinya : apa yang dimaksudkan adalah Allah akan menghilangkan kesan dosa itu dari hati, kerana kesan dosa penyakit itu dirawati dengan apa yang bertentangan dengannya, maka kebaikan menghialngkan segala kejahatan. ( Tuhfatul Ahwazi, hadith no 1910 )<br />
<br />
•6) Bolehkah guna duit untung itu untuk buat modal perniagaan halal?<br />
<br />
Ini juga satu persoalan yang kerap ditanya, bagi saya ia hanya akan menjadi harus sekiranya anda benar-benar dalam keadaan bermasalah sekiranya melupuskan terus wang-wang haram itu. Hanya Allah yang dapat mengetahui samada seseorang itu benar-benar sudah sampai tahap untuk mengambil pandangan yang lebih ringan iaitu, harus menggunakannya sebagai modal untuk yang halal dengan azam dan niat ikhlas untuk mendermakan modal dari yang haram itu.<br />
<br />
Ulama silam juga pernah membincangkan berkenaan hukum menggunakan keuntungan yang didapati dari perniagaan halal, bagaimanapun modalnya adalah wang curi atau haram. Dalam hal ini, Imam Malik, Imam As-Shafie, Imam Abu Yusof dan Sheikh Zufar Huzayl bersetuju bahawa pencuri tersebut berhak mendapat bahagian keuntungan daripada pelaburannya walaupun modal asalnya adalah haram, tetapi ia wajib memulangkan kembali wang yang dicuri (wang yang digunakan sebagai modal perniagaannya atau pelaburannya) kepada yang berhak. (Bidayatul Mujtahid, Ibn Rusyd, 2/241; Rawdah at-Tolibin, An-Nawawi, 4/211; Al-Hawi, al-Mawardi, 7/337).<br />
<br />
Berdasarkan ijtihad ini, kita berpandangan bahawa pelabur yang terdesak dan sukar untuk mendermakan sekaligus wang untungnya adalah melaburkannya ke tempat halal dan harus mengambil keuntungan daripada perniagaan/pelaburan yang dijalankan walaupun pada modal yang digunakan untuk tujuan tersebut terdapat bahagian yang haram. TETAPI PERLU DIINGAT ia hanya harus dilakukan di ketika : -<br />
<br />
a- Telah bertawbat dari kesilapan serta menghadapi masalah untuk mendermakan secara keseluruhannya pada satu masa.<br />
<br />
b- Di ketika insaf dan berniat ingin 'convert' atau mengubah semuanya kepada yang halal serta tiada modal lain.<br />
<br />
c- Tidak lagi meneruskan aktiviti haram itu sama sekali.<br />
<br />
Kesimpulan cara yang perlu dilakukan; ringkasnya cara umumnya adalah seperti berikut:-<br />
<br />
Pertama : Cara terbaik adalah bertawbat. Kerana terjebak tanpa ilmu dalam saham-saham yang berunsur Riba secara sepakat ulama yang berkelayakan ini.<br />
<br />
Kedua : Perlu diingat beberapa dalil seperti sabda Nabi SAW : ertinya " Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali sesuatu yang baik.." ( Riwayat Muslim, 3/85 ).<br />
<br />
Ketiga : Harta haram tidak sesekali boleh digunakan untuk manfaat diri pemiliknya, samada untuk kegunaan pembayaran cukainya, saman keretanya, makanan keluarganya, tambang basnya dan lain-lain untuk kepentingan dirinya. Apatah lagi digunakan untuk menunaikan Haji dan Umrah. Kemungkinan Haji itu dilihat sah berdasarkan rukun dan syaratnya tetapi tidak diterima Allah SWT kerana ia adalah dari hasil yang tidak baik sama sekali.<br />
<br />
Sebuah hadith lain pula menyebut ; Ertinya : "Barangsiapa yang mengumpulkan harta yang haram kemudian mendermakannya, tiadalah baginya sebarang pahala (kerana harta itu bukan hartanya) dan penanggungan dosanya kekal (sehingga bertawbat)" (Riwayat al-Hakim, sohih menurut al-hakim dan disepakati oleh az-Zahabi ; Albani : Ianya lemah )<br />
<br />
Berdasarkan sebuah hadith pula<br />
<br />
<div style="color: blue; text-align: right;"><span style="font-size: large;">كل لحم نبت من سحت فالنار أولى به</span></div><br />
Ertinya : "Setiap daging yang tumbuh dari harta kotor ( haram) maka Neraka lebih kayak untuknya" ( Riwayat At-Tabrani, 19/136 ; Al-Mughni lil ‘Iraqi, 2/9207 ; Ithaf As-Sadat al-Muttaqin, Az-Zubaydi, 5/226)<br />
<br />
Berdasarkan hadith ini, terdapat beberapa pihak yang keliru lalu menyangka ianya boleh digunakan untuk manfaat diri selain makan dan minum. Ini kesilapan dalam memahami konsep harta haram. Jika demikianlah, maka ramai pula yang mencuri sert6a menggunakan wang curi untuk membeli kereta sahaja. Tidak, hukum asal dalam bab harta haram ini, ianya tidak boleh digunakan untuk apa jua manfaat pemegangnya samada untuk makan atau lainnya.aizuddinhttp://www.blogger.com/profile/12680683194869917727noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7263816984165926697.post-4752193080182502722009-02-08T18:41:00.002+08:002009-02-08T18:42:52.805+08:00hire purchase vs ijarah thumma bai' (car loan)Salam<br />
<br />
setahu ana membeli kereta melalui loan dari bank tidak dibenarkan dalam Islam kerana ada unsur riba'. Oleh itu kebanyakkan bank2 Islam mengguna kaedah ijarah thumma bai' (sewa kemudian beli) dan fixed interest. Tapi ada bank convetional memperkenalkan hire purchase (sewa beli; bukan loan) dan fixed interest. Apa beza istilah hire purchase & ijarah thumma albai'? Adakah konsep ini sama? Bolehkah ana terus menggunakan HP convetional sekiranya kaedahnya sama dgn HP-Islamic? Kalau refinance, ana terpaksa prepare sekurang2nya RM5000 dan interest naik sbb kereta dikira second hand... minta bantuan dari yg berilmu... ana kebingungan sekarang...<br />
Wassalam<br />
<br />
_________________<br />
thtl<br />
<br />
Wassalam<br />
<br />
al-Jawab:<br />
<br />
al-Ijarah Thumma alBai' = maksudnya Sewa kemudian disusuli dengan pembelian aset tersebut merupakan salah satu instrumen dalam pakej pembiayaan secara Islam .<br />
<br />
al-Ijarah Thumma al-bai' walaupun sama konsepnya dengan HP, tapi al-Ijarah di rumuskan berdasarkan prinsip bebas riba, akad sewa dan akad beli dan syarat2 sewa-beli termasuk penalti (denda) yang unik untuk pembiayaan kewangan Islam. Jadi istilah al-Ijarah dan HP membawa maksud dan implikasi syari'at. Maka tidak boleh kita katakan, al-Ijarah juga menetapkan keuntungannya berdasarkan interest (bunga) kerana interest hanya dikaitkan dengan perbankan konvensional sahaja.<br />
<br />
Maka anda hendaklah segera berpindah dari sewabeli secara konvensional dan cuba berunding dengan pegawai bank syari'ah tempatan (bank Islam, bank Mu'amalat), juga perbankan Islam dari negara-negara Arab seperti Kuwait Finance House dan alRajhi bank unutk meminimakan kerugian anda utk mendapat pakej pembiayaan yang sejajar dengan syari'ah. WAaizuddinhttp://www.blogger.com/profile/12680683194869917727noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7263816984165926697.post-6288702102919755502009-02-08T18:40:00.001+08:002009-02-08T18:41:49.010+08:00Hukum gadaian emas Dan perakSalam<br />
<br />
Saya ingin tahu apakah hukum menggadaikan barangan emas & perak? Apakah nas yang membenarkannya (Al-Quran, Hadis & pendapat ulama')<br />
<br />
Sekian, Wassalam<br />
alibaba<br />
<br />
*********************<br />
thtl<br />
<br />
Wassalam<br />
<br />
alJawab:<br />
<br />
Gadai atau arRahn ni hukumnya HARUS menurut ketetapan al-Qur:an, asSunnah dan Ijma'. (Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, 12/139)<br />
<br />
Ia tidak terhad kepada emas dan perak sahaja, malah apa saja yang berharga<br />
<br />
Dalil al-Qur:an, lihat AQT 2 (...maka hendaklah ada barangan gadaian yang dipegang)<br />
<br />
Dalil hadith: HR al-Bukhari dari Aisyah, "bahawa Nabi pernah membeli barang makanan dari Yahudi dan menggadaikan baju besinya." (lihat Fiqh Sunnah, ibid, 12/139-140)aizuddinhttp://www.blogger.com/profile/12680683194869917727noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7263816984165926697.post-44656925339413806452009-02-08T18:39:00.002+08:002009-02-08T18:40:28.514+08:00harta anak yatimsaya mempunyai adik yang kematian isteri,adik saya ini mempunyai dua anak perempuan di bawah umur<br />
masaalah: saya telah mengambil pinggan mankuk yg belum digunakan adik saya dengan kebenaran adik saya.<br />
pertanyaan, adakah saya dikira mengambil harta anak yatim?<br />
<br />
*********************<br />
thtl<br />
<br />
alJawab:<br />
<br />
Maksud harta anak yatim ialah bila kedua ibubapanya sudah tiada, maka ketika itulah maksudnya harta anak yatim itu tidak boleh diusik. Dalam kes yg anda kemukakan, ayahnya masih ada dan kedua putri itu masih ada tempat bergantung dan hartanya masih ada mengurusnya. Maka hadiah dari adik anda itu boleh diterima kecuali ia set pinggan mangkuk yang bernilai tinggi spt finebone china set dari Japan atau Eropah. Maka ia kemungkinan termasuk harta pesaka si mati. Juga pastikan apakah set pinggan mangkuk itu harta adik anda atau harta arwah isterinya.. yang penting, jika hati anda rasa tak sedap, maka kembalikan sahaja.aizuddinhttp://www.blogger.com/profile/12680683194869917727noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7263816984165926697.post-85123702327360790552009-02-08T18:38:00.002+08:002009-02-08T18:39:28.267+08:00waris harta kafirSalam<br />
<br />
Benar ke kita tidak boleh mewarisi harta org kafir spt yg diwasiatkannya?<br />
<br />
Wassalam<br />
<br />
_________________<br />
thtl<br />
<br />
Wassalam<br />
<br />
Ya, kerana terdapat hadith yg melarangnya. hadith Bukhari-Muslim, matnnya:<br />
<br />
<div style="color: blue;"><span style="font-size: large;">لا يرث المسلم الكافر ولا الكافر المسلم</span></div><br />
terjemahnya: (Tidak boleh si muslim mewarisi orang kafir dan sebaliknya) Bukhari (6764 dari Osama ben Zaid ra)<br />
<br />
Begitulah pendapat Jumhur termasuk Syafi'iyah. Tapi madzhab Hanafi membolehkan harta orang kafir diwarisi tapi hendaklah di serahkan kepada Baitul Mal dan pendapat Hanafi adalah lebih hampir kepada kebenaran dan kemaslahatan (Muhammad Ali AsySyabuni, alMawarith/42)<br />
<br />
sekianaizuddinhttp://www.blogger.com/profile/12680683194869917727noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7263816984165926697.post-44935402915057655102009-02-08T18:36:00.002+08:002009-02-08T18:38:04.192+08:00hukum aqad dalam transaksi kewanganapakah hukum aqad jual beli dalam urusan kewangan masa kini? kalau dahulu mungkin sesuai. tapi sekarang, kita byk berurusan dgn mesin, internet dan seumpamanya. begitu juga dengan pembayaran zakat.<br />
<br />
**********************<br />
thtl<br />
<br />
alJawab:<br />
<br />
Hanya madzhab Syafi'iy yang amat keras dalam masalah aqad jualbeli. mereka menggunakan ayat 1 surah alMaaidah (Wahai orang-orang beriman, penuhilah aqad-aqad itu). Madzhab Syafi'iy mengqiaskan juga dengan akad nikah. Namun jumhur ulama' tidaklah berpendapat demikian kerana uqud dalam ayat di atas agreement atau perjanjian dan tidak semestinya secara ijab-qabul. Maka Majma' Fiqh Alami menetapkan transaksi elektronik dan cyber itu adalah sah jika memenuhi maksud uqud atau agreement (apa yang dipersetujui dan diredhai) oleh kedua-dua belah pihak. Prof Dr al- Imam Yusof al-Qardhawi juga berfatwa sah dalam Fatawa Mu'asirat Jld 2.aizuddinhttp://www.blogger.com/profile/12680683194869917727noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7263816984165926697.post-85380205727167286952009-02-08T18:35:00.003+08:002009-02-08T18:36:34.809+08:00Suami Malas Dan Zakat FitrahSalam<br />
<br />
Moga dirahmati Allah,<br />
<br />
Apa hukum suami malas nak kerja,<br />
makan duit bini je lepas tu zakat fitrah bini yang bayor utk suami dan anak???<br />
<br />
Wassalam<br />
<br />
_________________<br />
thtl<br />
<br />
Wassalam<br />
<br />
Komen:<br />
<br />
Soalan jenis ni kita tak perlu buka kitab rujukan...<br />
Kita paparkan tiga situasi:<br />
<br />
Ideal: Laki kerja, bini makan duit laki dan zakat fitrah, suami yang bayar. Jika bini malas pun OK, dan suami sediakan orang gaji dua tiga orang, maid Indon lagi. Situasi ni macam ni lazim dan masih berlaku di Tanah Arab terutama Saudi arabia.<br />
<br />
Zaman moden akhir zaman: Laki-bini keluar kerja, masing-masing makan duit gaji sendiri, zakat pun sama-sama keluar dan kalau sama-sama malas, ambik orang gaji dan hantar anak tuisyen...ni biasa di Lembah kelang<br />
<br />
situasi teruk dan pelik: spt yg anda gambarkan! isteri bela suami malas. hatta zakat fitrah pun bini bayar! Kalau ada...laki tu bertuahlah..samada dia hensem macam nabi Yusof atau dia jenis ketua Mafia atau gangster.<br />
Hukum fiqihnya, tak payahlah kita putuskan...aizuddinhttp://www.blogger.com/profile/12680683194869917727noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7263816984165926697.post-36751367440313095052009-02-08T18:29:00.008+08:002009-02-08T18:35:27.591+08:00Hukum Menjual rokokSalam<br />
<br />
apakah hukum menjual rokok??adakah sumber hasil pendapatan penjualan rokok itu HALAL??apa yang saya tahu, majlis fatwa kebangsaan telah menfatwakan rokok itu HARAM, adakah hukumnya sama dengan penjualan ARAK??. Arak diharamkan kerana memudaratkan, begitu juga dengan rokok,<br />
ia diharamkan kerana memudaratkan, walapun tiada satu pun ayat al-quran dan al-hadith yang mengharamkan Rokok (berdasarkan pengetahuan saya).<br />
<br />
p/s: Ustaz yang hisap rokok kompen akan putar belit benda ni......hehe<br />
<br />
**************************<br />
thtl<br />
<br />
Wassalam<br />
<br />
alJawab:<br />
<br />
1. Rokok adalah haram. Keharaman sesuatu dalam Islam tsabit melalui nas yang qat'iy seperti arak, manakala rokok tsabit melalui nas-nas yang umum atau universal, antara nas-nas umum:<br />
<br />
a. (Yang mengikut Muhammad) menghalalkan untuk mereka semua yang baik-baik dan mengharamkan untuk mereka semua hal yang buruk.) AQT 7:157.<br />
Ulasan: Nah siapa cakap rokok tidak disebut, bukankan rokok termasuk dalam semua hal yang jelik dan buruk?<br />
<br />
b. (Dan janganlah kalian melakukan melakukan perbuatan bunuh diri) AQT 4:29. Ulasan: merokok adalah perbuatan bunuh diri secara perlahan.<br />
<br />
c. (dan janganlah kalian campakkan diri kalian dalam kebinasaan) AQT 2: 195. Ulasan: merokok dgn terangan mencampakkan perokok dalam kebinasaan.<br />
<br />
d. ( dan dosa keduanya (arak dan judi) lebih besar dari manfa'atnya) AQT 2:219 Ulasan: Rokok menyamai arak dan judi, di mana kemudharatannya mengalahkan kebaikannya.<br />
<br />
e. (Tidak ada makanan mereka melainkan dari pohon yang berduri. makanan tersebut tidak menyebabkan kegemukan dan tidak menghilangkan rasa lapar. ) AQT 88: 5-6 Ulasan: rokok adalah menyamai makanan penduduk neraka, tidak menyihatkan perokok dan tidak menghilangkan rasa lapar dan dahaga perokok<br />
<br />
2. kebanyakan rumah fatwa negara2 umat Islam mengharamkan rokok dan antara ulama' tersohor yg mengharamkan ialah Prof al-Qardhawi dan Syaikh Ibn Baz<br />
<br />
3. Adapun alasan perokok dan peniaga rokok mendakwa rokok tiada ayat dalam al-Qur:an (perihal haramnya merokok) adalah petanda kejahilannya akan dua ayat:<br />
a. (Tidak ada sesuatupun yang tertinggal dari alkitab) AQ 6: 38<br />
Ulasan: mafhum ayat ini ada benda yang AlQur:an sebut dgn nama spt khamar, judi dan babi, dan yg lain cukup AQ sebut sifatnya (spt rokok) Kalau alQur:an nak senaraikan semua benda, maka ia tidaklah setipis spt sekarang, tentulah berjilid-jilid. cukup AQ sebut dua tiga benda secara khusus dan yang lain memadai disebut sifat-sifatnya<br />
<br />
b. (Nabi) mengharamkan utk mereka segala yang buruk-buruk) AQ 7: 157<br />
Ulasan: rokok termasuk dalam segala sesuatu yang buruk-buruk.<br />
<br />
4. menjawab soalan anda bahawa bisnes rokok adalah juga haram bila zat rokok itu sudah dikenalpasti haram. berdasarkan larangan Nabi SAW."<br />
Sesungguhnya Allah pabila Dia mengharamkan sesuatu, maka diharamkan juga harganya." (HR Ahmad dan Abu Daud, dinilai sahih oleh al-Albani, Ghayatul Maram)<br />
<br />
Rujukan:<br />
1. Halal dan Haram fil Islam lil Qardhawi<br />
2. Hukm atTadkhin lil Syaikh Muhammad Jamil Zeenoo<br />
<br />
sekianaizuddinhttp://www.blogger.com/profile/12680683194869917727noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7263816984165926697.post-8697427289621727152009-02-08T18:27:00.008+08:002009-02-08T18:29:52.221+08:00Lupa Bayar Fitraha'kum ustaz, ada sahabat sy nie, die ckp terlupa nk bayar fitrah raya tahun ni...<br />
<br />
- bleh bayar lagi ker<br />
- niat camna<br />
- penjelasan hukum...<br />
<br />
***********************<br />
kamin<br />
Panel Feqh<br />
<br />
wa'alaikumussalam<br />
<br />
Alhamdulillah. Kami akan cuba menjawab soalan sdr stutroop dengan kadar yang termampu, Insyaallah.<br />
<br />
Tempoh tamat menunaikan zakat al-Fitr adalah semasa solat Eid dilaksanakan. Nabi memerintahkan agar seseorang itu menyempurnakan zakat al-Fitr sebelum Solat Eid, sebagaimana Ibn Abbas ra. meriwayatkana bahawa Nabi saw bersabda :-<br />
<br />
<div style="color: blue; text-align: right;"><span style="font-size: large;">من أداها قبل الصلاة فهي زكاة مقبولة ، ومن أداها بعد الصلاة فهي صدقة من الصدقات</span></div>"barangsiapa membayarnya sebelum Solat maka zakat tersebut diterima, dan barangsiapa yang membayar selepas solat, ia hanya sedekah biasa" [Hadith Riwayat Abu Daud, 2/262, #1609; Ibn Maajah, 1/585, #1827; al-Daaraqutni, 2/138; al-Haakim, 1/409].<br />
<br />
Bagi mereka yang lambat membayar zakat fitrah adalah berdosa hukumnya, dan hendaklah dia bertaubat dan melaksanakan juga ibadat zakat al-fitr tersebut (qadha').<br />
<br />
Bagi mereka yang terlupa, tidaklah ada dosa keatasnya, sebagaimana firman Allah swt :-<br />
<br />
<div style="color: blue; text-align: right;"><span style="font-size: large;">وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَا أَخْطَأْتُمْ بِهِ وَلَكِنْ مَا تَعَمَّدَتْ قُلُوبُكُمْ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا</span></div>"dan kamu pula tidak dikira berdosa dalam perkara yang kamu tersilap melakukannya, tetapi (yang dikira berdosa itu ialah perbuatan) yang disengajakan oleh hati kamu melakukannya dan (ingatlah) Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani." [Surah al-Ahzaab 33:5].<br />
<br />
Menurut fatwa dari al-Lajnah al-Daaimah, (<span style="color: blue; font-size: large;">أما كونها لا إثم عليها فلعموم أدلة إسقاط الإثم عن الناسي ، وأما إلزامها بالقضاء فلما سبق من التعليل</span> )"...tidak berdosa bagi orang yang lupa, akan tetapi dia masih wajib menqadha'nya diatas alasan yang diberikan" [al-Lajnah al-Daaimah, 9/372].<br />
<br />
Sekian, wassalamaizuddinhttp://www.blogger.com/profile/12680683194869917727noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7263816984165926697.post-45895876252911862032009-02-08T18:26:00.003+08:002009-02-08T18:27:15.817+08:00Had Keuntungan JualanSalam<br />
Saya nak bertanya mengenai had keuntungan yang dibenarkan dalam Islam. Adakah wujud peraturan yang menetapkan bahawa keuntungan yang patut kita peroleh ialah hanya 100% sahaja. Kalau saya berniaga, modal ialah RM 0.30 dan saya menjualnya dengan harga RM 1.00 Adakah saya boleh menerima keuntungan tersebut dan wajar.<br />
Boleh tak pihak tuan memberikan penjelasan.<br />
<br />
*************************<br />
thtl<br />
<br />
Wassalam<br />
<br />
al-Jawab:<br />
<br />
Had keuntungan dalam Perniagaan.<br />
Sebenarnya soalan ini sudahpun diajukan kepada Prof Dr Yusof al-Qardhawi dan sudah dicetak dalam koleksi Fatawanya, Fatawa Mu'sirat. Jika cetakan terjemahan, lihat jilid 7 & 8 edisi Pustaka Salam Kuala Lumpur.<br />
<br />
Ringkasan Fatwa Dr al-Qaradhawi:<br />
<br />
1. matlamat semua perniagaan ialah mendapatkan keuntungan, tapi dalam Islam dimensi untung meliputi keuntungan duniawi dan ukhrawi.<br />
<br />
2. Nas menetapkan keuntungan itu tidak ada. Cuma dari segi praktikalnya sejak zaman salaf dikenalpasti dua jenis barangan: barangan keperluan asasi manusia dan barangan mewah. Islam mengambil berat pergerakan harga dan kadar keuntungan dalam bisnes melibatkan komoditi dan barangan keperluan manusia ramai, maka di sini perlu ada kawalan dari negara.<br />
<br />
3. Boleh atau harus memperolehi keuntungan melebihi 100% terutama dalam urusan hartanah. Ini biasa berlaku di zaman RasuluLlah saw dan baginda tidak menegahnya.<br />
<br />
4. al-Qardhawi menyenaraikan beberapa jenis cara dan manipulasi untuk meraih keuntungan berganda yang diharamkan seperti melalui jalan haram (antaranya riba, rasuah dan perjudian), juga melalui jalan curang, rasuah dan manipulasi pasaran, insider trading, monopoli, sorok barang dan spekulatif.<br />
<br />
sekianaizuddinhttp://www.blogger.com/profile/12680683194869917727noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7263816984165926697.post-59545136241336849382009-02-08T18:14:00.026+08:002009-02-08T18:25:14.675+08:00Pelaburan Dinar Iraqsalam,<br />
<br />
berikut adalah dialog saya dgn netters di http://groups.yahoo.com/group/zaharuddin/<br />
<br />
<div style="color: blue;">Quote:</div><span style="color: blue;">xxul_gunturean </span><xxul@msn.com><span style="color: blue;"> wrote:</span><br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> Assalamulaikum,</span><br style="color: blue;" /> <br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> Ustadz,</span><br style="color: blue;" /> <br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> Saya ingin bertanya boleh kah kita membeli dinar IRAQ yang sekarang </span><span style="color: blue;">ini berharga lebih kurang 0.001USD (kalau tak silap saya) kemudiannya </span><span style="color: blue;">menjualnya apabila Dinar Iraq itu meningkat? Boleh kah Ustadz?</span><br style="color: blue;" /> <br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> Harap ustadz dpt membantu, begitu juga dengan netters yang lain. Sekian</span><br style="color: blue;" /> <br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> MSAR, Johor BAhru</span><br style="color: blue;" /> <br />
Jawapan saya :-<br />
<br />
wa'alaikumussalam,<br />
<br />
dari apa yang saya faham adalah .<br />
<br />
Anda ingin beli duit kertas dinar iraq ( bukannya membeli dinar emas macam yang kelantan keluarkan tu) sekarang dengan nilai semasanya USD 0.001 = 1 dinar iraq. Dengan Niat untuk menjualnya kelak apabila harganya naik ( jika naik).<br />
<br />
Komen :<br />
<br />
a) Pembelian itu syubhah, kerana pastinya anda akan membeli duit kertas iraq itu melalui internet. justeru, syarat Islam dalam pembelian jual beli emas adalah di terima serah dalam satu masa, tetapi dalam hal ini, anda beli ( tukar) RM anda kpd duit iraq itu , anda bayar sekarang , tetapi pastinya anda akan menerimanya lewat. justeru, telah berlaku Riba Nasiah di situ.<br />
<br />
b) dan anda perlu memastikan bahawa anda membeli duit iraq yang asli. Di bimbangi anda di tipu lalu membeli yang tiruan.<br />
<br />
c) Niat anda untuk menjualnya semula bila harga naik kelak (jika naik) juga harus, ia memang mempunyai sedikit elemen ketidaktentuan (gharar) dan spekulasi (yang hampir dengan gambling = judi), tetapi elemennya tidak ketara sehingga boleh menjadikan haram. Wallahu a'lam.<br />
<br />
d) Anda perlu ingat juga, ura-ura bahawa KONONNYA nilainya akan naik ke USD 1 = Dinar Iraq 1 adalah hanya berita-berita TANPA SEBARANG JAMINAN dan ia mungkin hanya penipuan berdasarakn suasana Iraq yang sukar di ramalkan ekonomi dan politiknya kini. Justeru, risiko untuk RUGI atau MIMPI anda tidak menjadi kenyataan adalah agak besar juga.<br />
</xxul@msn.com><br />
<br />
<xxul@msn.com>Justeru, jika tanya saya, saya tidak akan sekali-sekali membuat pelabur yang begini rupa, amat terdedah kepada penipuan di pelbagai tahap. elok juga, utarakan soalan undang-undang kepada Bank Negara Malaysia, samada urus niaga ini diterima.<br />
<br />
Ust zaharuddin abd rahman<br />
<br />
respond salah seorang netters yang telah membeli dinar iraq<br />
<br />
<span style="color: blue;">Quote:</span><br style="color: blue;" /> <annajmwalqamar@yahoo.com><span style="color: blue;"> wrote:</span><br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> Assalamualaikum wrt wbr..</span><br style="color: blue;" /> <br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> alhamdulillah..</span><br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> saya dah dapat info sedikit sebanyak mengenai dinar Iraq melalui Yahoogroups ini..</span> <span style="color: blue;">cuma sy ingin respon sedikit dan mohon penjelasan lanjut jika ada...</span><br style="color: blue;" /> <br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> saya dah pun "terlibat" dalam pelaburan dinar Iraq ini...</span><br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> </span></annajmwalqamar@yahoo.com></xxul@msn.com><br />
<xxul@msn.com><annajmwalqamar@yahoo.com><span style="color: blue;"> a) Pembelian itu syubhah, kerana pastinya anda akan membeli duit kertas iraq itu melalui internet. justeru, syarat Islam dalam pembelian jual beli emas adalah di terima serah dalam satu masa, tetapi dalam hal ini, anda beli ( tukar) RM anda kpd duit iraq itu , anda bayar sekarang , tetapi pastinya anda akan menerimanya lewat. justeru, telah berlaku Riba Nasiah di situ.</span><br style="color: blue;" /> <br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> gerun bila dah melibatkan riba. amat jahil saya dan tak pernah terpikir akan berlaku riba. apa hukum terhadap saya yea? tapi pembelian yang berlaku adalah melalui orang tengah, cuma pembayaran melalui internet.. adakah sama juga? dan penghantaran melalui courier dalam masa 3 hari dah sampai..memang tidak diterima serah dalam satu masa..cuma stoknya berada di KL dan saya pula berada di kelate...</span><br style="color: blue;" /> <br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> yg dibeli adalah collector set..berharga RM680 utk nilai dinar 41,800 dinar.. bahkan 41,800 dinar kalau ditukar kepada RM sekarang cuma sekadar RM200++..</span><br style="color: blue;" /> <br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> b) dan anda perlu memastikan bahawa anda membeli duit iraq yang asli. Di bimbangi anda di tipu lalu membeli yang tiruan.</span><br style="color: blue;" /> <br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> setakat ini diyakinkan oleh kaunter money changer kat KL..duit dinar yg saya beli tu memang original...</span><br style="color: blue;" /> <br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> c) Niat anda untuk menjualnya semula bila harga naik kelak (jika naik) juga harus, ia memang mempunyai sedikit elemen ketidaktentuan (gharar) dan spekulasi (yang hampir dengan gambling = judi), tetapi elemennya tidak ketara sehingga boleh menjadikan haram. Wallahu a'lam.</span><br style="color: blue;" /> <br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> saya lega kerana ianya harus..bimbang sangat kalau haram..cuma jika ustaz ada komen lanjut apabila melihat slide yg saya upload kat yahoogroups ni..harap boleh jelaskan..</span><br style="color: blue;" /> <br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> d) Anda perlu ingat juga, ura-ura bahawa KONONNYA nilainya akan naik ke USD 1 = Dinar Iraq 1 adalah hanya berita-berita TANPA SEBARANG JAMINAN dan ia mungkin hanya penipuan berdasarakn suasana Iraq yang sukar di ramalkan ekonomi dan politiknya kini. Justeru, risiko untuk RUGI atau MIMPI anda tidak menjadi kenyataan adalah agak besar juga.</span><br style="color: blue;" /> <br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> Justeru, jika tanya saya, saya tidak akan sekali-sekali menyarankan melabur dalam pelaburan yang begini rupa, amat terdedah kepada penipuan di pelbagai tahap. elok juga, utarakan soalan undang-undang kepada Bank Negara Malaysia, samada urus niaga ini diterima.</span><br style="color: blue;" /> <br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> risiko ni saya dah bersedia untuk tanggung...slide yang disertakan katanya adik saya dibuat dan dikaji oleh orang yg hebat juga dalam kewangan...dan sah dalam perkiraan undang2 BNM.. wallahua'lam.. maybe taktik orang nak kempen.. tapi sbb adik saya yg kempen.. rata2 dari UIA pulak.. percaya lah saya,.huhu..</span><br style="color: blue;" /> <br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> saya ada upload gambar dan juga fail berkaitan dinar iraq ini.. minta maaf kerana guna space YG ni..saya harap ianya takde masalah...moderator boleh delete semula lepas ni..</span><br style="color: blue;" /> <span style="color: blue;"></span><br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> saya harap ianya tidak dianggap sebagai iklan..sekadar rujukan utk ustaz..</span> <span style="color: blue;">dan laman web berkaitan adalah www.mydinar.net</span><br style="color: blue;" /> <br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> terima kasih atas masa ustaz. wallahuwaliyuttaufiq.</span><br style="color: blue;" /> <br />
Jawapan Saya<br />
<br />
Quote:<br />
wa'alaikumussalam,<br />
<br />
saya memang berharap agar sesiapa yang punyai detail tentang pelaburan ini tampil memberi gambaran lebih jelas, dan alhamdulillah, kini lebih mudah untuk mengulas. Terima kasih atas gambar set duit dinar iraq dan file yang diberi.<br />
<br />
Berkenaan, anda yang telah terjebak..maka ia di anggap satu dosa yang telah berlaku dan displin Islam dalam hal membersihkan diri dari dosa yang telah berlalu adalah dengan :-<br />
<br />
1) Bertawbat kepada Allah SWT.<br />
2) Membatalkan apa jua keterlibatan melalui jalan Riba itu.<br />
<br />
Maka dalam hal ini, yang terbaik boleh saya sarankan (tetapi mungkin anda akan mengeluh)... iaitu anda menjual semula dinar yang anda beli dengan cara terlibat riba itu sebagai tanda kesungguhan dan penmyesalan benar kerana terlibatnya anda dengan Riba. Maka jumlah RM 400 ++ yang anda rugi itu anggaplah ia sebagai penebus dosa atas kekurangan ilmu sendiri.<br />
<br />
Kemudian, berdasarkan apa yang anda sertakan dan ketulenan duit dsbgnya, saya berpandangan bahawa :-<br />
<br />
1) Seseorang harus untuk membeli dinar itu tetapi dengan syarat mestilah terima serah itu dilakukan dalam satu masa. Ini bermakna, anda perlulah pergi ke kaunter jualan di KL atau mana jua untuk membeli set dinar Iraq itu. Tidak dibenarkan membeli by pos dan apa jua cara yang menjadikan penyerahannya tertangguh.<br />
<br />
2) Di dalam slide ada yang menyebut bahawa jika dinar iraq yang lama di tukar kepada yang baru, maka dengan mudah anda boleh menukar kepada versi baru itu dalam masa 3 bulan dbgnya. Saya amat berharap, hal ini dapat di ambil berat dan di pastikan sendiri oleh pembeli dinar iraq ini. Ini kerana, atas kelalaian seseorang sahaja, dinarnya boleh luput tanpa sebarang ganti. Perlu diingat juga, bagaimana untuk anda yang sibuk bekerja untuk mengtahui bhawa dinar yang anda miliki sudah di tukar versinya ?. adakaha ini bermakna, si pembeli perlu atas inisiatif sendiri membuka internet dan membaca berita iraq sentiasa?.<br />
<br />
3) Saya juga berpandangan : menurut maqasid shariah atau objektif Shariah. ADALAH TIDAK HARUS untuk seseorang yang kurang berkemampuan untuk membeli set dinar tadi walaupun harganya RM 680 sahaja. Ini kerana dibimbangi ada umat Islam yang terlampau yakin maka, sanggup bergolok gadai dan membhayakan diri dengan memebli sehingga hilang kemampuannya untuk menyara saraan wajib terhadap anak isteri dan keluarga. Dalam hal, hukum 'gharar' sudah menjadi besar dan hukum judi telah jatuh kepada si pembeli.<br />
<br />
Ini bermakna , hukum 'judi' dalam 'spekulasi' Forex jenis ini bergantung juga kepada kemampuan individu . bagi sesetsngah individu yang berada, membeli RM 680 adalah tidak memberikan apa-apa mudarat kepada tanggungan wajibnya. Maka tika, itu, elemen spekulasi dan gharar tidak smapai tahap haram. Berbanding seorg yang 'miskin' yang menggadaikan kewajibannya, dengan harapan dinar itu akan naik pada satu masa yang tidak diketahui. Ia sudah jatuh dalam tahap judi. wallahu a'lam.<br />
<br />
3) Berkenaan keyakinan anda dengan kempen nilainya seolah-olah pasti naik berdasarkan pengalaman Afghanistan dan Kuwait.. saya tidak dapat meramal masa hadapan , cuma elok jika anda baca nasihat pakar forex yang saya petik ini..yang ringkasnya mereka menyebut bahawa trend sesuatu currency amat sukar di ramal dan tak semua perbandingan boleh menghasilkan keputusan yang sama. Justeru BERHATI-HATI wahai pelabur forex dinar.<br />
<br />
<span style="color: red;">"Speculative trading of foreign exchange on margin carries a high level of risk, and is not suitable for all investors. The high degree of leverage can work for you, but against you as well. You can lose some or all of your initial stake.</span><br style="color: red;" /> <br style="color: red;" /><span style="color: red;"> Before deciding to speculate in forex you should carefully consider your investment objectives, level of experience, and risk tolerance. You should familiarize yourself with the risks associated with speculative forex trading, and seek advice from an independent financial advisor if you have any questions. Never speculate with money that you cannot afford to lose.</span><br style="color: red;" /> <br style="color: red;" /><span style="color: red;"> Investment Myths</span><br style="color: red;" /> <br style="color: red;" /><span style="color: red;"> The foreign exchange market is one of most popular markets for speculation, due to its enormous size and liquidity, as well as its tendency for currencies to move in strong trends. For these reasons, some people feel that forex speculation is an easy path to tremendous success. This is seldom so.</span><br style="color: red;" /> <br style="color: red;" /><span style="color: red;"> Extraordinary gains are seldom possible without extraordinary risks. In any undertaking involving significant risk, you must be prepared for the possibility of suffering large losses, possibly even the loss of your entire stake. Forex speculation is not easy. The forex markets are complex, and currency trends are not simple or consistently predictable. Strategies that seem to work at one time likely will not work at other times. A significant loss of risk remains regardless of your level of experience or expertise. Even traders with years of experience incur losses.</span><br style="color: red;" /> <br style="color: red;" /><span style="color: red;"> An enticing aspect of forex speculation for some is the high degree of leverage allowed. Leverage seems very attractive to those who are expecting to turn small amounts of money into large amounts of money in a short period of time. However, it can be a double-edged sword."</span><br style="color: red;" /> <br />
Justeru, harapan saya ia dapat memberi sedikit idea kepada para individu yang berminat. Pastikan tiada terlibat riba dan judi.<br />
<br />
sekian<br />
<br />
ust hj zaharuddin hj abd rahman<br />
www.zaharuddin.com </annajmwalqamar@yahoo.com></xxul@msn.com>aizuddinhttp://www.blogger.com/profile/12680683194869917727noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7263816984165926697.post-68550319705111310752009-02-08T18:13:00.002+08:002009-02-08T18:14:57.234+08:00Zakat Biasiswaperlukah seorang pelajar yg mendapat biasiswa yg (agak) byk membayar zakat harta kerana ada kemungkinan duit biasiswanya menjadi simpanan yg melebihi usia setahun. dan bagaimana zakat fitrah, ramadhan dah hampir setengah dah nih...<br />
<br />
sekian, minta penjelasan.<br />
<br />
***********************<br />
thtl<br />
<br />
al-Jawab:<br />
<br />
1. Zakat pendapatan pelajar. Sudah tentu jika biasiswanya lumayan dan melebihi keperluannya, maka hisablah bila cukup setahun dgn menolak kos perbelanjaan sara hidupnya dan jika masih berbaki dan melebihi nisab, maka zakat hendaklah dikeluarkan. Nisab zakat pendapat ialah mempunyai wang minimum melebihi nilai 85gm emas atau (20 mistqal emas) (alQardhawi, Fiqh Zakat 1/513-514)<br />
<br />
2. Zakat fitrah afdhal dikeluarkan 4-5 hari sebelum raya dan menurut madzhab Syafi'iy boleh dikeluarkan bila-bila masa mulai 1 Ramadhan kepada amil menurut kadar tempatan yang diumumkan oleh penguasa negeri menurut harga semasa 3kg beras (satu gantang).<br />
<br />
sekianaizuddinhttp://www.blogger.com/profile/12680683194869917727noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7263816984165926697.post-49514926857444401122009-02-08T18:10:00.004+08:002009-02-08T18:13:03.278+08:00Pertaruhan Dalam Permainan GolfSalam<br />
<br />
Ada satu soalan diterima dari seorang pengirim email. Saya rasa soalan ini memang selalu dikemukakan oleh para golfer di luar sana. jadi eloklah sekiranya pihak bijak pandai dari Ahkam memberikan pandangan.<br />
<br />
1) Biasanya bermain golf akan dibuat dalam group 4 orang satu flight. Bagaimana kah dengan hukum jika mereka bertaruh bahawa pemain yang kalah (syarat ditentukan dan dipersetujui bersama secara collective) akan kena membayar sejumlah wang yang dipersetujui.<br />
<br />
2) Adakah wang kemenangan itu halal atau haram hukumnya? Adakah ini kategori judi ?<br />
<br />
3) Adakah dengan masuk ke tournament golf, tenis, dan sebagainya di mana bayaran dikenakan kepada peserta lalu peserta yang menang akan dapat hadiah berdasarkan kelebihan bakatnya, penyertaanya adalah HARAM?<br />
<br />
4) Sekiranya persetujuan di buat supaya golfer yang kalah diminta utk membayar green fee dan buggy untuk semua kawan2 di dalam satu permainan, adakah ianya satu bentuk judi?<br />
<br />
Syukran!<br />
<br />
_________________<br />
Thtl<br />
<br />
Wassalam<br />
<br />
alJawab:<br />
<br />
Hukum bermain Golf. Syaikh Madun Rashid dari Saudi dan murid syaikh al-Albani dalam kitabnya Qadhayaa alLahwi wa Tarfih (permasalahan hiburan dan masa lapang), cetakan saudi 1999 berkata sukan golf pernah diharamkan di Scotland pada tahun 1457M. Alasannya ia menyebabkan rakyat malas berlatih kuda dan memanah dan secara umumnya tidak memberi manfa'at kepada negara. Kata Syaikh madun, kita umat Islam sepatutnya mengambil iktibar dari kes Scotland itu dan menjauhi sukan ini.<br />
<br />
1. Hukum bertaruh dalam permainan ini adalah khilaf fiqhi. al-Qardhawi dalam halal dan haramnya memilih pendapat yang mengharamkan kerana ia merupakan pertaruhan. Manakala Syaikhul Islam Ibn Taymiyah berpendapat pertaruhan secara sukarela di antara empat sekawan itu adalah harus (Ibn Qayyim, alFurusiyat/31)<br />
<br />
2. Haram menurut pendapat jumhur termasuk madzhab Syafi'iy (Ibn Abdil Barr, alTamhid 14/89), disokong oleh al-Qardhawi (halal&Haram) dan Halal menurut tarjih Ibn Taymiyah-Ibn qayyim (Furusiyat/31)<br />
<br />
3. Masuk pertandingan golf yg mengenakan bayarang penyertaan dan kutipan wang penyertaan peserta akan diberikan kepada pemenang, maka ia diklaskan sebagai judi menurut jumhur, manakala dibolehkan oleh Syaikhul Islam Ibn Taymiyah<br />
<br />
4. Peserta yang kalah kena belanja juga sama hukumnya, di mana ia menyamai judi menurut jumhur (majoriti fuqaha') dan dibolehkan oleh Syaikhul Islam Ibn taymiyah.<br />
<br />
Rumusan: Jalan penyelesaian ialah menjauhi sukan Golf bagi orang mukmin maka terlepaslah dari syubhah hukum pertaruhan di dalamnya.aizuddinhttp://www.blogger.com/profile/12680683194869917727noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7263816984165926697.post-84114892563222349362009-02-08T18:08:00.005+08:002009-02-08T18:10:26.641+08:00Jual-beli di surau, dewan pengajian, masjid?Salam<br />
<br />
1. Apakah hukum bagi seseorang yang menjalankan transaksi muamalah di dalam sebuah dewan yang telah diubahsuai menjadi surau/madrasah?<br />
Contohnya: rumah kedai dijadikan tempat pengajian ilmu, juga turut diadakan solat jamaah.<br />
<br />
2. Adakah larangan bertransaksi dilarang dikhususkan hanya di masjid sahaja?<br />
<br />
Terima kasih...<br />
<br />
_________________<br />
kamin<br />
Panel Feqh<br />
<br />
wa'alaikumussalam<br />
<br />
Alhamdulillah. Kami akan cuba menjawab soalan sdr shahnor77 dengan kadar kemampuan yang ada, Insyaallah.<br />
<br />
Larangan jual-beli dimasjid hanya khusus kepada institusi 'masjid' sahaja. Ulama' khilaf dalam menentukan hukumnya. Ada yang memakruhkan dan ada yang mengharamkan. al-Shawkani didalam Nailu al-Authar menyatakan bahawa jumhur ulama' melarang berjual-beli diatas dasar makruh. Ada juga dikalangan beberapa ulama' mazhab Syafie menyatakan bahawa tidak dimakruhkan sama sekali perbuatan tersebut.<br />
<br />
'Ala kulli hal, para ulama' mengatakan bahawa adalah lebih baik (awla) seseorang Islam itu menjauhkan diri dari melakukan jual-beli didalam masjid oleh kerana tempat ini dibina untuk beribadat kepada Allah, maka jika datang sesiapa yang melakukan transaksi didalam masjid, maka seolah-olah ia menjadinya sebagai pasar. Didalam Muwattha' Imam Malik ada meriwayat sesungguhnya 'Atha' bin Yasar pernah melintasi beberapa orang yang sedang berjual di masjid, dia berdo'a dan bertanya kepada mereka mengenai apa yang mereka inginkan? Maka mereka pun mengatakan bahawa mereka ingin menjual kepadanya, lalu dia berkata :<br />
<br />
<div style="color: blue;"><span style="font-size: large;">عليك بسوق الدنيا وإنما هذا سوق الآخرة</span></div>"Bagi kamu ini adalah pasar dunia, dan sesungguhnya ini adalah pasar Akhirat"<br />
<br />
Walaupun begitu, pasarana seperti surau yang fungsinya sama seperti masjid tidaklah wajar di jadikannya seperti sebuah pasar, lainlah kalau didalam situasi dewan awam yang kadang-kala diadakan kursus-kursus agama dan sebagainya. Perkataan 'Atha' bin Yasar diatas mengambarkan konsep prioriti atau aulawiyat harus di aplikasikan.<br />
<br />
Sila rujuk kepada URL berikut untuk melihat perbincangannya :-<br />
<br />
SJ - 2829 : Jual Beli dan iklan didalam masjid<br />
http://www.al-ahkam.net/home/index.php?name=MDForum&file=viewtopic&p=17020<br />
<br />
Sekian, wassalam<br />
<br />
Rujukan :<br />
<br />
Markas Fatwa dibawah pengawasan Dr Abdullah al-Faqih - <span style="font-size: large;"><span style="color: blue;">حكم البيع في المسجد</span></span><br />
URL : http://www.islamweb.net/ver2/Fatwa/ShowFatwa.php?lang=A&Id=23300&Option=FatwaIdaizuddinhttp://www.blogger.com/profile/12680683194869917727noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7263816984165926697.post-2078744789391716132009-02-08T18:03:00.001+08:002009-02-08T18:08:43.687+08:00Bank Islam Dan KonvensionalAssalamualaikum.<br />
<br />
Saya ingin meminta penjelasan. Di Malaysia ni kita ada bank yang menawarkan kedua-dua sistem Islam dan knovensional. Contohnya AmBank dengan sistem Islamnya AmISlamic bank, BCB dan BCB Tijari dan sebagainya. Persoalannya, bolehkah kita membuka akaun menggunakan sistem Islam (contohnya BCB Tijari) di bank-bank ini memandangkan bank ini ada melakukan urusan konvensional. Walaupun kita membuka akaun secara Islam di bank ni, saya bimbang keuntungan yang bank tersebut perolehi daripada simpanan kita dalam sistem Islam(melalui pelaburan wang simpanan kita) akan membantu bank dalam urusan riba'nya dalam sistem konvensionalnya.<br />
<br />
Harap dapat penjelasan. Terima kasih.JazakAllah khair<br />
<br />
***********************<br />
thtl<br />
<br />
Wassalam<br />
<br />
alJawab:<br />
<br />
Kalau kita nak ikutkan formula anda itu, maka satu-satunya bank yang tulin ditubuhkan menurut akta Perbankan Islam 1983 ialah Bank Islam Malaysia Bhd ajelah...<br />
<br />
Manakala bank2 yang anda sebutkan itu adalah hasil dari liberalisasi lesen perbankan Islam di mana Bank Negara meluluskan lagi beberapa lesen perbankan Islam kepada Bank Kerjasama Rakyat (Bank Rakyat) dan Bank Mu'amalat. Manakala bank konvernsional yang lain diberi lesen Bank Islam sebagai salah satu anak syarikatnya. Cth: AMIslamic Bank adalah anak syarikat AMBank Group. Bank Tijari adalah anak syarikat BCB Group.<br />
<br />
Kalau kita lihat kertaskerja penubuhan perbankan syari'ah oleh bank-bank konvensional, kita dapati anak syarikat itu setelah diberi peruntukan dana oleh Perbankan Kumpulan, maka ia ditadbir urus secara berasingan dari Kumpulan. Tapi Consolidated revenue atau pendapatan kumpulan akan diisytiharkan bersama Ini hanya syarat dalam lapuran tahunan syarikat kepada pelabur dan Bursa Malaysia.<br />
<br />
Maka jika anda ingin merasa tenteram jiwa anda, maka langkah terbaik ialah hanya berurusan (simpanan, pelaburan dan pinjaman) ialah dengan Bank Islam yg asal iaitu Bank Islam Malaysia Bhd sahaja.<br />
Tapi dari segi keharusan, anda sebenarnya boleh berurusan dengan semua perbankan syari'ah di negara ini. Ini kerana perbankan Islam adalah masih baru dan masyarakat Islam belum betul2 sedar akan hal ini, walaupun kita amat berhajatkan kebersihan dan kahalalan tulin dalam ekonomi kita, Bank Negara dan KWSP pun masih belum diurus secara syari'ah sedangkan ia adalah induk kepada sistem ekonomi negara ini. Bank Negara misalnya adalah payung dan induk kepada seluruh aktiviti perbankan, manakala KWSP adalah induk kepada simpanan terbesar rakyat Malaysia.<br />
<br />
Jadi sebagai langkah pertama, jika majoriti umat Islam berurusan dengan mana-mana perbankan syari'ah pun sudah amat memadai sebagai langkah pertama. Jadi kita tidak boleh rigid dan terlalu mendetail memandangkan realiti fiqh albunuk alIslami (fiqih perbankan Islam) yang masih baru menapak dan membina fiqihnya di negara kita. sekianaizuddinhttp://www.blogger.com/profile/12680683194869917727noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7263816984165926697.post-18092437868209369512009-02-06T23:47:00.000+08:002009-02-06T23:48:22.995+08:00Pertandingan Treasure HuntAssalamualaikum.<br />
<br />
Dewasa ini terdapat banyak pertandingan Mencari Harta Karun (Treasure Hunt) yang dianjurkan oleh berbagai pihak dan kadang-kala hadiah yang ditawarkan amat lumayan. Peserta dikehendaki membayar yuran untuk memasuki pertandingan tersebut.<br />
<br />
Apa pandangan dan hukum di dalam Islam mengenai pertandingan seperti ini?<br />
<br />
*******************<br />
thtl<br />
<br />
Wassalam<br />
<br />
alJawab;<br />
<br />
Treasure Hunt atau kembara mencari Harta Qarun yang harus disertai ialah Treasure Hunt anjuran majikan anda atau oleh Penaja dan para peserta tidak dikena apa-apa yuran penyertaan.<br />
<br />
Adapun Treasure Hunt Komersil yang dianjurkan oleh syarikat-syarikat bebas, maka yuran penyertaan itu sebenarnya akan dijadikan harta Qarun dan ia menjadi loteri. Maka Dr Qardhawi (halal & Haram) menolak aktiviti2 sukan dan rekreasi komersil seperti ini.<br />
<br />
Jadi, kita kena pastikan siapakah penganjur Treasure Hunt dan apakah motif ia menganjurkan Tresure hunt tersebut.<br />
<br />
sekianaizuddinhttp://www.blogger.com/profile/12680683194869917727noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7263816984165926697.post-33929669963218404262009-02-06T23:46:00.002+08:002009-02-06T23:47:12.662+08:00Pertandingan BolaSaya ingin menganjurkan pertandingan bolasepak futsal di kawasan saya dengan niat untuk merapatkan ukhwah dalam usaha mengajak masyarakat kepada Islam yang sebenar.<br />
<br />
Pertandingan tersebut dicadangkan mengenakan yuran sebanyak RM50 bagi setiap pasukan yang ingin menyertainya.<br />
<br />
Pertanyaan saya adalah boleh wang tersebut (yuran penyertaan) selepas ditolak daripada kos pengurusan yang telah dipastikan ada lebihannya digunakan untuk memberikan hadiah kepada perserta mengikut keputusan juara, naib juara, ketiga dan keempat.<br />
<br />
Sekian . Wassalam<br />
<br />
**********************<br />
thtl<br />
<br />
الجواب<br />
<br />
alJawab:<br />
<br />
Dalam sejarah pertandingan sukan (sports) sejak zaman salaf ada tiga bentuk penyediaan hadiah:<br />
<br />
Pertama: Kos penganjuran dan hadiah disediakan oleh Sponsor (panganjur). alHafidz Ibn Hajar dalam alFath (6/85) berkata hal ini memang baik sekali.<br />
<br />
Kedua: Salah seorang peserta sukan bertindak menjadi penganjur dan menyediakan dana untuk kos dan hadiah. Inipun menurut Ibn Hajar, dibolehkan.<br />
<br />
Ketiga: Kesemua peserta mengeluarkan caruman dan kos pengajuran dan hadiah diambil dari tabungan dana tsb.<br />
<br />
Jenis yg ketiga ini menjadi pertikaian di kalangan fuqaha', di mana Jumhur (termasuk madzhab Syafi'iy) mengharamkannya kerana menjadi seperti loteri. Yang membolehkan ialah Ibn Taymiyah dan muridnya Ibn Qayyim dengan syarat semua peserta menerima syarat2 pertandingan dan secara sukarela mengeluarkan yuran kepada pertandingan tsb. Dalilnya:<br />
<br />
" Hai orang-orang beriman, penuhilah aqad-aqad itu" AQT almaaidah: 01<br />
<br />
maksud aqad-aqad itu ialah bila sekumpulan mereka bersetuju akan sama-sama mengeluarkan dana dan membiayai pertandingan sukan mereka. (ibn Qayyim, alFurusiyat/77)<br />
<br />
Adapun jika ia dianjurkan secara komersil oleh penganjur2 sukan futsal hari ini, maka ia adalah sejenis perjudian.<br />
<br />
Rumusan:<br />
pertandingan futsal anjuran bersama dengan mengenakan yuran bukan tujuan komersil adalah dibolehkan oleh Ibn Taymiyah jika setiap peserta meredainya. Tapi tidak boleh menyertainya jika dianjurkan secara komersil oleh pihak ketiga yang ada kepentingan keuntungan (Qardhawi, Halal & Haram fil Islam)<br />
<br />
Jalan selamat ialah AJK pertandingan mencari sponsor dari tokoh korporat dan hanya mengenakan yuran paling minimum kpd peserta. Ini menepati hukum pertandingan dan dana hadiah di sisi jumhur. sekianaizuddinhttp://www.blogger.com/profile/12680683194869917727noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7263816984165926697.post-64356839277503160332009-02-06T23:45:00.004+08:002009-02-06T23:46:05.540+08:00hukum insurans nyawa oleh syrkt TakafulSalam<br />
<br />
1. Apakah hukumnya skim takaful yang berkaitan dengan insuran nyawa? adkah sistem ini dibenarkan oleh syara kerana sistem ini diperkenalkan oleh barat? Yellow Confused<br />
<br />
2. benarkah terdapat fatwa dari kerajaan arab saudi yang mengharamkan sebarang bentuk perniagaan yang berteraskan MLM? Yellow Confused<br />
<br />
********************<br />
thtl<br />
<br />
Wassalam<br />
<br />
الجواب<br />
alJawab:<br />
<br />
1. Takaful Life assurance<br />
<br />
Ini merupakan soalan ulangan. Industri takaful di Malaysia telah berubah wajah bila akta insuran 1963 (konvensional) menyaksikan akta baru, akta insuran, takaful Act 1984 diluluskan, hasil usaha almarhum Prof Ahmad Ibrahim, UIAM yang mempengerusikan badan Perunding Islam bagi menggubal akta Insuran Islam Malaysia. Bila akta takaful 1984 diluluskan, maka tertubuhlah syarikat Takaful Malaysia pada Nov. 1984 dan ia berkembang pesat hingga disenaraikan di BSKL pada tahun 1996.<br />
memang benar seperti kata anda, bahawa asalnya insuran ini ialah dari Barat, tapi selepas menerapkan falsafah syari'ah, maka insuran Islam akhirnya ujud dalam dua bentuk: Takaful keluarga dan takaful 'Am. Dalam takaful keluarga itulah sebenarnya dimasukan pakej insuran nyawa.<br />
<br />
Jadi isu halal dan haram insuran ini memang kontroversi (khilafiah), namun hasil dari muktamar dan persidangan fiqih, maka industri insuran Islam telahpun muncul dan membersihkan sedaya mungkin unsur-unsur yg insuran Barat yang anda maksudkan itu. Antara ulama besar yang merintis jalan kepada keujudan industri insuran Islam ialah Dr alQardhawi dalam kitabnya al-Halal & Haram. Jika anda mahukan pendapat al-Qardhawi mengenai insuran, sila baca kitab beliau tsb.<br />
<br />
2. Fatwa yang mengharamkan MLM khususnya pyramiding dari kerajaan arab saudi memang ada yakni pada websites tidak resminya, Islam Q&A , antaranya dari fatwa Syaikh Saudi, syaikh Sami alSuwailim. Terdapat juga Fatwa dari Sudan, Prof Dr Ahmad Khalid Ba Bakar, majma' Fiqh Sudan. Juga fatwa dari Markaz Imam al-Albani Jordan yang ditandatangani oleh ditandatangani oleh Syaikh Muhammad Musa Alu Nashr, Syaikh Salim Ied alHilali, Syaikh Ali bin Hasan alHalabi alAtsari dan Syaikh Mansur bin Hasan Alu Salman yang dikeluarkan di Jordan pada tanggan 26 Sya'ban 1424H.aizuddinhttp://www.blogger.com/profile/12680683194869917727noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7263816984165926697.post-9094403337796819962009-02-06T23:43:00.002+08:002009-02-06T23:44:57.523+08:00High yield investment program(HYIP) halal?Salam ,<br />
<br />
<br />
saya ingin bertanye,adekah HYIP itu halal di sisi islam ? adekah HYIP sebahagian daripada riba ? Yellow Rolleyes<br />
<br />
bagaimana kah pule dengan FOREX dan Autosurf? adakah dier riba?<br />
<br />
<br />
website HYIP :<br />
<br />
www.prestigehyip.com<br />
www.triumphinvestment.com<br />
www.VascoInvestment.com<br />
www.millenium-investment.com<br />
http://www.e-gold-invest.com<br />
www.logic-invest.net<br />
<br />
website FOREX :<br />
http://forex-united.com/<br />
www.marketiva.com<br />
<br />
******************<br />
thtl<br />
<br />
Wassalam<br />
<br />
الجواب<br />
alJawab:<br />
<br />
1. HYIP tu halal dan haramnya bergantung kepada beberapa faktur. Apakah invenstmentnya bebas dari unsur2 ribawiyah, gharar (tipu), dharar (membawa kemudharatan/bahaya), jahalah (kesamaran), zhulm (menzalimi pihak tertentu) dan barangan dan servis yg diniagakan adalah halal dan suci. Ini semua perlu diketahui sebelum terlibat dalam apa jua HYIP. Nama Hi-yield bukanlah faktur utama kita melabur tapi kehalalannya.<br />
<br />
2. FOREX adalah tukarang matawang asing. Ia harus pada urusniaga tunai (pasaran spot) tapi bukan pasaran spekulatif. Dalilnya: HR Muslim, " apabila (urusniaga) yg berbedza jenis (termasuk berbeda jenis matawang), maka jualbelilah semau kamu asalkan secara tunai."<br />
<br />
3. Autosurf adalah skim pyramiding cyber. Skim Pyramiding ialah skim instant (segera) yang bergantung kepada jumlah anggota baru yang berjaya dicari. ia termasuk skim jahalah (samar) dan gharar (internet scam).<br />
<br />
sekianaizuddinhttp://www.blogger.com/profile/12680683194869917727noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7263816984165926697.post-86180229764762096492009-02-06T23:41:00.007+08:002009-02-06T23:43:12.135+08:00Jual beli kucingAssalamualaikum..ana nak bertanya ttg hukum jual beli kucing adakah dibenarkan dalam islam<br />
<br />
*******************<br />
kamin<br />
<br />
wa'alaikumussalam<br />
<br />
Alhamdulillah. Kami akan cuba menjawab soalan sdr tombek dengan kadar kemampuan yang ada, Insyaallah.<br />
<br />
Ulama' khilaf didalam hukum menjual-beli kucing, ada yang menghalalkannya dan ada yang mengharamkannya.<br />
<br />
Dari Abu al-Zubair berkata :-<br />
<br />
<div style="color: blue; text-align: right;"><span style="font-size: large;">سَأَلْتُ جَابِرًا عَنْ ثَمَنِ الْكَلْبِ وَالسِّنَّوْرِ قَالَ : زَجَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ ذَلِكَ .</span></div>"Aku bertanya Jaabir mengenai harga anjing dan kucing. Beliau berkata : Nabi saw memberitahu kami untuk tidak melakukannya" [Riwayat Muslim #1569].<br />
<br />
Dari Jaabir ibn Abdullah ra. berkata :-<br />
<br />
<div style="color: blue; text-align: right;"><span style="font-size: large;">نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ ثَمَنِ الْكَلْبِ وَالسِّنَّوْرِ</span></div>"Rasulullah saw melarang mengenai harga anjing dan kucing" [Hadith riwayat Abu Daud #3479, al-Tirmudzi #1279, dikelaskan sebagai sahih oleh Syiekh Nasyiruddin al-Albani didalam Sahih Abi Daud]<br />
<br />
Terdapat dikalangan mereka yang mengatakan bahawa hadith ini dhaef. Menurut Imam al-Nawawi rh,. al-Khattabi dan Ibn Mundhzir mengatakan hadith ini dhaef, akan tetapi beliau mengatakan ini merupakan suatu kesalahan kerana hadith didalam Sahih Muslim mempunyai sanad yang sahih. (al-Majmu', 9/269).<br />
<br />
Ibn al-Qayyim ra. mengatakan bahwa sudah pasti haram menjualnya kerana ini merupakan fatwa Abu Hurairah ra. dan juga pandangan Tawoos, Mujaahid, Jabir ibn Zayd dan semua ulama2 Zaahiri dan ini merupakan salah satu dari dua pandangan dari Imam Ahmad. Pandangan yang benar adalah hadith2 ini sahih dan tidak ada dalil yang bertentangan, maka pandangan inilah yang mesti dipegang. (Zaad al-Ma'aad, 5/733).<br />
<br />
Berikut adalah pandangan al-Lajnah al-Daa'imah Arab Saudi berkenaan dengan penjualan kucing :-<br />
<br />
<div style="color: blue; text-align: right;"><span style="font-size: large;">لا يجوز بيع القطط والقردة والكلاب وغيرها من كل ذي ناب من السباع لأن النبي صلى الله عليه وسلم نهى عن ذلك ، وزجر عنه ولما في ذلك من إضاعة المال ، وقد نهى النبي صلى الله عليه وسلم عن ذلك</span></div>"Tidak dibenarkan menjual kucing, monyet, anjing atau lain-lain binatang dari kalangan yang bertaring kerana sesungguhnya Nabi saw melarang melakukan demikian, dan kerana ia merupakan pembaziran wang ringgit. maka Nabi saw telah melarang perkara yang sedemikian" -(Fatwa al-Lajnah al-Daa'imah 13/37).<br />
<br />
Sekian, wassalamaizuddinhttp://www.blogger.com/profile/12680683194869917727noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7263816984165926697.post-59139487848880799042009-02-06T23:39:00.001+08:002009-02-06T23:41:12.380+08:00transaksi dlm masjidassalamualikum.<br />
<br />
apa hukumnya kita melakukan transaksi dlm masjid?<br />
mg lepas saya nak bayar duit buku yg saya beli dari kawan saya dlm masjid, tapi dia taknak terima.dia cakap kalo nak bayar jom keluar masjid.dia cakap tak baik berjual beli dlm msajid.jd saya pn ikut le..masalahnya ape bezanya, kalo pembayaran tu kita buat dalam masjid dgn pintu luar masjid(dekat tangga nak masuk masjid)<br />
ada nas atau dalil ke yg melarang kita bayo dlm masjid??<br />
<br />
*********************<br />
thtl<br />
<br />
Wassalam<br />
<br />
alJawab:<br />
<br />
Apa yang dilakukan oleh sahabat anda itu adalah sikapnya yang berhati-hati dan amat memelihara sunnah perihal larangan urusniaga dalam mesjid.<br />
<br />
Dalil itu ialah:<br />
<br />
hadith Umar alKhattab ra:<br />
<br />
" Apabila kamu dapati orang berjual-beli dalam mesjid, maka katakanlah " mudah-mudahan ALlah tidak menguntungkan daganganmu." [anNasa'iy dan termidzi, disahihkan oleh al-albani, tahqiq Bulugh alMaram)<br />
<br />
Ini kerana mesjid dijadikan semata-mata tempat ibadah bukan tempat menyelesaikan urusniaga. sekianaizuddinhttp://www.blogger.com/profile/12680683194869917727noreply@blogger.com0